Rumah IVAA
8 Desember 2020
Rumah IVAA
8 Desember 2020
Selasa malam (8/12), tepat pukul 19:00 Rumah IVAA dihampiri oleh sekelompok ibu-ibu Kampung Dipowinatan, Keparakan, Mergangsan, Yogyakarta. Mereka duduk melingkari amphitheater yang terletak di dalam perpustakaan.
Kehadiran mereka kali ini adalah untuk mengikuti workshop pertunjukan teater yang berbasis kegelisahan terhadap permasalahan yang meraka alami, khususnya ketika situasi pandemi seperti sekarang.
Dalam kegiatan ini, mereka didorong untuk memetakan permasalahan yang ditemukan di lingkungan sekitar. Mereka terlihat sangat bersemangat untuk mengeksplorasi tema tersebut. Apalagi diperkuat oleh Susilo Nugroho (Den Baguse Ngarso) yang menjadi fasilitator workshop pertunjukan kali ini.
“Dari waktu yang cukup terbatas ini, kita menemukan ada sebanyak dua puluh permasalahan yang diungkapkan oleh ibu-ibu. Pertemuan awal ini menjadi sebuah tanda yang positif karena mereka juga sangat partisipatif ketika mengikuti workshop kali ini,” ujar pria yang juga anggota Teater Gandrik ini.
Suasana kegiatan kali ini terlihat sangat cair antara fasilitator dengan para peserta. Hal ini dapat dilihat karena tak jarang terdengar suara gemuruh tawa yang lepas dari ibu-ibu. Selain itu, ketika diminta untuk menjabarkan poin-poin masalah yang diutarakan, mereka sangat antusias dalam memberikan pernyataan, bahkan tak jarang pula terlihat ada yang begitu emosional.
Irfanuddin Ghozali selaku penanggung jawab produksi pementasan ini memberi respon yang positif dalam pertemuan pertama kali ini. Ia melihat potensi yang baik dari workshop pertama ini.
“Untuk pertemuan pertama ini aku ngeliat sebuah progres yang sangat baik. Di pertemuan ini saja kita bisa memetakan permasalahan yang dapat diangkat, bahkan secara bentuk pertunjukan juga sudah bisa dibayangkan dari sekarang,” ujar pria yang pernah berproses di Teater Gadjah Mada ini.
Dua puluh poin masalah tersebut akan lebih dikrucutkan pada pertemuan berikutnya agar dapat menemukan bayangan yang tepat untuk ditampilkan pada 22 Desember di Gedung Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) D.I. Yogyakarta. Rangkaian program ini diberi nama Workshop Kiyak-Kiyuk, di mana Indonesian Visual Art Archive (IVAA) mencoba melakukan kontekstualisasi terhadap Kongres Perempuan Pertama di gedung tersebut.
Acara ini merupakan rangkaian program dari perayaan 25 Tahun IVAA yang bertema Ephemera. Dalam konteks ini, IVAA berusaha melihat kembali posisi ibu-ibu di tengah pandemi Covid 19. IVAA menganggap posisi para ibu sangat sentral dalam mengelola menejemen keuangan keluarga.
Selain itu, IVAA juga mencoba memahami dan melihat kembali fungsi tubuh sebagai arsip, di mana pengalaman-pengalaman ketubuhan merupakan sebuah sumber yang sentral untuk mengakses memori-memori berharga. (Bian)