Socially Engaged Archiving Project
Sebuah Upaya untuk Menghidupi Praktek Pengarsipan yang Membumi
Keragaman kontur alam dan geografis kita berbanding lurus dengan kekayaan praktik sosial masyarakat sejak dulu hingga hari ini. Dari situlah arsitektur pengetahuan kita bersumber. Bagi masyarakat yang kesehariannya di hutan, maka cara hidupnya tidak bisa dilepaskan dari kondisi hutan. Hutan tidak hanya sebagai tempat yang menyediakan sumber makanan bagi manusia. Hutan juga merupakan darah dan daging dari komunitas terdekat dan menjadi sumber acuan cara hidup dan cara bertahan hidup.
Itu hanyalah satu dari sekian ribu contoh praktik sosial yang tidak bisa dipisahkan dari kondisi alam dan lingkungan sekitar tempat kita berpijak. Kebudayaan tidak bisa dilepaskan dari tanah, air dan udara yang menjadi ruang dan konteks ia tumbuh. Dari pintu masuk itu, kita berupaya melihat kembali dan menaruh apresiasi lebih dalam lagi bagi keberadaan praktik sosial yang keragamannya sungguh luar biasa. Dengan cara baca tersebut, harapannya kita bisa meletakkan pengarsipan sebagai pengalaman, pengetahuan atau cara kita berefleksi.
Di atas nilai apresiasi itulah, praktik pengarsipan ingin kami letakkan. Pengarsipan disini kita posisikan dalam arti seluasnya, sebagai praktik transmisi dan distribusi pengetahuan dengan beragam metode dan metodologi. Dalam artian yang lain, pengarsipan kita tempatkan sebagai praktik pengorganisasian dan manajemen data, mengolah yang chaos, berserakan untuk menjadi seperangkat data dan pengetahuan yang lebih tertata dan lebih mudah dibaca.
Pada kesempatan ini, melalui EPHEMERA #2, IVAA berupaya untuk tidak menempatkan keduanya secara berlawanan dan bertentangan. Tantangan yang justru diambil kali ini ialah berupaya mencari jalan tengah yang bisa menjadi rumah atas kebutuhan pengarsipan kita yang perlu kita periksa ulang, sementara di sisi sebelahnya terdapat kebutuhan untuk mengelola yang selama ini terlihat tidak tertata dan terkelola.
Sebagai bagian dari upaya itu, kita menariknya ke situasi demokrasi hari ini yang secara umum bisa dikatakan mengalami regresi. Regresi demokrasi juga tidak melulu terkait dengan urusan elit politik yang menunjukkan gestur-gestur kontra produktif terhadap pertumbuhan demokrasi. Walaupun memang benar demikian. Kita juga bisa meraba fenomena ini dari hal-hal yang paling dekat dengan keseharian kita, yang sering diisi dengan kesibukan bersiasat untuk sekedar bisa bertahan hidup. Di atas medan keseharian inilah, kita sekaligus ingin meletakkan tidak hanya praktik pengarsipan, namun juga praktik seni dan praktik etnografis yang bisa jadi saling berjalan bersilangan dan berpapasan, tidak hanya beririsan. Di antara cara baca tersebut juga terselip situasi yang memaksa kita untuk beradaptasi lebih jauh. Pandemi menjadi pengingat untuk melihat segala sesuatunya secara menyeluruh dan menghidupkan berbagai empati yang secara tidak sengaja kita lewati. Bahkan barangkali, dari elaborasi situasi ini kita bisa memperlebar celah kemungkinan untuk menghidupkan demokrasi yang lain. Sambil terus memupuk keyakinan bahwa demokrasi yang lain itu mungkin!
Berbekal semangat diatas, EPHEMERA #2 terdiri dari rangkaian program di bawah ini:
1. Mini Residensi
Program ini diikuti oleh partisipan yang dijaring secara terbuka tanpa kriteria yang mengacu pada pendidikan dan portofolio formal. Bersama para partisipan, kita mengadakan rangkaian diskusi, baik diskusi dengan narasumber maupun diskusi reflektif antar partisipan. Rangkaian diskusi ini menjadi bekal untuk mini residensi yang dilakukan oleh partisipan. Melalui residensi ini, partisipan juga diajak untuk memproduksi artikulasi pengetahuan berbasis metode dan medium yang dipilih. Artikulasi pengetahuan inilah yang bisa disebut karya atau konten, yang akan ditampilkan dalam sebuah platform yang adaptif (disesuaikan dengan pandemi sebagai kondisi yang mengajak kita untuk cepat beradaptasi). Karya-karya yang muncul dari proses ini akan dihadirkan bersamaan dengan arsip-arsip yang diproses melalui kegiatan b. Karya-karya dan catatan proses dari program ini dimunculkan di salah satu kategori yang menggarisbawahi keberagaman praktik pengarsipan sekaligus kekayaan ragam subjeknya.
2. Kurasi Arsip Seni
Berangkat dari kebutuhan bahwa basis data arsip seni perlu dibangun di atas perspektif yang mengapresiasi pada keragaman pengetahuan, yang bersumber dari elaborasi beberapa isu diantaranya adalah; politik gender, transliterasi dan disabilitas, ekologi/lingkungan, dekolonisasi, anak dan lansia.
Siapa dan bagaimana bisa terlibat dalam Program Mini Residensi EPHEMERA #2?
1. Kesempatan ini terbuka untuk teman-teman yang berminat, tanpa batasan usia, apalagi status pendidikan dan portofolio formal.
2. Bagi yang berminat untuk berpartisipasi, dipersilakan mengirimkan; a). Biodata dan b). Ekspresi ketertarikan yang bisa dimunculkan melalui berkas video pendek, audio atau esai singkat. Materi-materi tersebut bisa dikirimkan ke alamat email: program@ivaa-online.org dengan subjek B_EPHEMERA_2021, selambat-lambatnya tanggal 29 Agustus pukul 11:59.
3. Partisipan terpilih akan mengikuti rangkaian diskusi dan proses belajar bersama, mendapatkan fasilitasi mini residensi, dan mendapatkan dukungan dana produksi untuk memunculkan artikulasi pengetahuannya dengan cara dan medium yang dipilih. Proses ini akan berlangsung di bulan September-Oktober.
Kontak person: Sukma Smita (081977184678)
#EPHEMERA2 #EPHEMERA2021 #sociallyengagedarchiving #praktekpengarsipanmembumi #belajardaripengalaman #taiwanfoundationfordemocracy #ffai #foundationforartinitiatives #arsipdandemokrasi #arsipsenidandemokrasi