Balai RK (Rukun Kampung), Dipowinatan, Yogyakarta
Desember 2020
Balai RK (Rukun Kampung), Dipowinatan, Yogyakarta
Desember 2020
Sebuah keluarga sedang mengadakan bancakan. Mereka meminta doa dari warga kampung untuk kelahiran sang anak. Orang-orang berkumpul, membacakan doa-doa terbaik untuk si jabang bayi.
Peristiwa tersebut merupakan potongan dari naskah lakon berjudul Kelahiran Baru karya Tertib Suratmo, yang dimainkan oleh warga kampung Dipowinatan, Keparakan, Mergangsan, Kota Yogyakarta.
Tertib menyatakan bahwa lakon tersebut terinspirasi dari kehidupannya di masa lalu, sebelum tinggal di rumahnya yang sekarang, di dekat Makam Kintelan Kampung Dipowinatan.
“Naskah ini terinspirasi dari kehidupan kampung tempat saya tinggal di Delanggu, Klaten. Waktu itu, setiap bulan Sura ada upacara tradisional bancakan warisan nenek moyang. Dulu, kalau sedang padang bulan, anak-anak bermain dan dibiarkan sama orang taunya. Biasanya, mereka bermain dan nembang. Nah, dari sanalah naskah Kelahiran Baru dibuat,” kata Tertib menceritakan karyanya pada Sabtu siang (8/12).
Penggarapan lakon ini dipasrahkan kepada Joko Kamto. Ia menuturkan bahwa Kelahiran Baru ini bukan yang kali pertama dibawakan. Sebelumnya pernah dipentaskan dan menjai juara dalam acara Jamboree Teater Safari 1976 di Sport Hall Kridosono.
“Naskah Kelahiran Baru karya Pak Tertib ini menjadi kesempatan kami untuk mengeksplorasi bakat kita-kita dulu di dunia teater,” ucap pria yang juga tergabung dalam Gamelan KiaiKanjeng.
Selain pentas ini menjadi reuni kecil-kecilan bagi para anggota Teater Dipowinatan, anak-anak muda di Kampung Dipowinatan juga dilibatkan, paling muda sejenjang SMP. Salah satunya Yudhistira. Ia memanfaatkan kesempatan ini karena ingin berkontribusi untuk kampungnya.
“Saya pikir ini salah satu kesempatan bagi saya untuk memberikan yang terbaik bagi kampung, tim, dan diri saya sendiri,” ujar pria yang identik dengan kalung dan gelang itu.
Didit, panggilan akrab Yudhistira, melihat bahwa keterlibatan orang-orang tua eks Teater Dipowinatan sebagai sebuah hal yang positif karena mau mengayomi anak muda tanpa ada tendensi untuk menggurui sama sekali.
“Saya lihat para senior masih peduli pada para pemain baru sehingga tidak malu untuk belajar,” kata Didit.
Semangat para aktor untuk memerankan setiap tokoh dalam Kelahiran Baru, disambut antusiasme warga kampong. Tak jarang, warga bergerombol di Balai RK untuk menyaksikan penggarapan setiap adegan.
Karya ini akan dipentaskan di Gedung Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) D.I. Yogyakarta pada 16 Desember 2020. Selain itu, juga akan disuguhkan beberapa pertunjukan lainnya seperti musik puisi.
Acara ini merupakan rangkaian dari perayaan 25 tahun Indonesian Visual Art Archive (IVAA) yang kali ini menyelenggarakan Mini Festival Arsip dengan mengangkat tema Ephemera. Tema tersebut berusaha menggali pengarsipan warga Kampung Dipowinatan beserta memori-memori yang tertinggal di dalamnya. (Bian)