Pembaca yang budiman, menjelang penghujung 2019 kita seolah dihadapkan dengan keramaian-keramaian yang cukup menyesakkan. Mulai dari keramaian perayaan kesenian, kerusakan lingkungan, hingga riuhnya berbagai aksi massa merespon dinamika politik yang ternyata sama gerahnya dengan musim kemarau tak berkesudahan akhir-akhir ini.
Di sela-sela keramaian itu, beriringan dengan perhelatan Biennale Jogja XV (20 Oktober-30 November), kami tetap mencoba untuk berbagi amatan melalui e-newsletter IVAA. Di edisi September-Oktober ini, kami coba menilik kembali sesuatu yang mungkin terkesan usang dalam skena seni rupa kontemporer kita. Saking usangnya, ia seolah tidak penting lagi untuk dibicarakan. Ia adalah medium, atau istilah yang kami pilih adalah materialitas karya. Alasannya sederhana saja: kebingungan publik yang kerap muncul ketika menonton karya di suatu pameran seni rupa kontemporer. Memang terdengar usang bagi kita yang bermain di lingkar terdekat ekosistem kesenian, tetapi urusan materialitas karya belum tentu tuntas di hadapan publik.
Ketika semua benda dan praktik bisa dinobatkan sebagai karya seni kontemporer, gagasan seolah menjadi aspek yang paling penting. Kita perlu ingat bahwa sekuat-kuatnya gagasan seniman, artikulasi paling nyata di hadapan publik terletak pada objek. Memang, jika dihadapkan dengan pernyataan Farah Wardhani dalam “Media, Trend, Alternatif, dan Generasi Baru” (2004), bahwa pada akhirnya seni rupa kontemporer itu seperti assemblage yang selalu dalam keadaan transien, beralih sebelum sempat meraih maknanya, seolah pembicaraan seputar materialitas tidak akan menemukan titik terang. Tetapi dalam konteks relasi karya dengan publik, kami percaya bahwa menilik ulang materialitas karya adalah sebentuk upaya untuk menjaga kesadaran agar tidak tenggelam ketika hanyut dalam keberserakan assemblage tersebut.
E-newsletter edisi September-Oktober ini tentu tidak akan bisa tergarap tanpa kontribusi penting dari Shifa, Firda, Fika, Bian, dan Jati. Mereka adalah rekan-rekan magang yang telah bekerja dengan keras, seraya tetap melakukan kerja-kerja harian IVAA seperti dokumentasi, pencatatan data buku, transkrip, dll.
Semoga secuil hasil eksplorasi kami ini dapat menjadi bagian dari upaya kita bersama untuk sedikit menyegarkan obrolan kesenian yang makin lama makin ramai dan makin rumit saja.
Selamat membaca, salam budaya!
Krisnawan Wisnu Adi
I. Pengantar Redaksi
oleh Krisnawan Wisnu Adi
II. Kabar IVAA
Sorotan Dokumentasi
oleh Krisnawan Wisnu Adi, Hardiwan Prayogo, Sukma Smita, Fika Khoirunnisa, Yulius Pramana Jati, Jafar Suryomenggolo
Sorotan Pustaka
oleh Uray Nadha Nazla, Bian Nugroho, Firda Rihatusholihah, Aisha Shifa Mutiyara, Fika Khoirunnisa, Yulius Pramana Jati
Sorotan Arsip
oleh Hardiwan Prayogo
Antara Dunia Wacana, Komersial, dan Gengsi Seni Rupa
Sorotan Magang
oleh Vicky Ferdian Saputra, Ratri Ade Prima Puspita
III. Agenda RumahIVAA
oleh Dwi Rahmanto, Santosa Werdoyo, Hardiwan Prayogo, Krisnawan Wisnu Adi
IV. Baca Arsip
oleh Krisnawan Wisnu Adi
Menilik Kembali Materialitas Karya Seni Rupa Kontemporer
Tim Redaksi Buletin IVAA September-Oktober 2019
Pemimpin Redaksi: Lisistrata Lusandiana
Redaktur Pelaksana: Krisnawan Wisnu Adi
Penyunting: Krisnawan Wisnu Adi, Hardiwan Prayogo
Penulis: Dwi Rahmanto, Santosa Werdoyo, Hardiwan Prayogo, Krisnawan Wisnu Adi
Kontributor: Ratri Ade Prima Puspita, Vicky Ferdian Saputra, Uray Nadha Nazla, Bian Nugroho, Firda Rihatusholihah, Aisha Shifa Mutiyara, Fika Khoirunnisa, Yulius Pramana Jati, Jafar Suryomenggolo
Tata Letak & Distribusi: M Fachriza Ansyari