EPHEMERA #3
Museum of Untranslatable Stories
Program EPHEMERA #3 Museum of Untranslatable Stories telah dimulai pada Kamis, 13 April 2023. Dengan tajuk Museum of Untranslatable Stories, EPHEMERA #3 kali ini mengajak kita untuk mengartikulasikan ulang definisi dari arsip, museum dan bahkan warisan budaya. Menilik kembali cerita rakyat, lagu daerah, dongeng, ritual adat, motif tenun, hingga kisah-kisah personal maupun komunal yang selama ini diposisikan sebagai mitos atau bahkan takhayul dalam logika pengetahuan modern.
Dalam proyek ini, Ephemera adalah pengetahuan lokal yang selama ini tidak dapat dipahami oleh logika modern, tidak diperhitungkan sebagai arsip, dan terpinggirkan. Pengetahuan-pengetahuan lokal yang muncul dari kontur geografis dan kondisi alam tertentu seperti pranata mangsa (masyarakat Jawa) atau naktu (masyarakat Sunda) akan dibaca ulang. Praktik-praktik sosial masyarakat akan dikaji tanpa dilepaskan dari konteks dan situasi spesifik komunitas yang menghidupinya. Kelemahan dan batasan logika pengetahuan modern bakal diretas agar dapat memberi ruang bagi pengetahuan lokal yang selama ini absen dalam lanskap pengetahuan arus utama.
EPHEMERA #3 berupaya mendekatkan pengetahuan-pengetahuan lokal tersebut pada pemiliknya, yaitu masyarakat. Sebuah upaya untuk menempatkan masyarakat sebagai subjek pengetahuan. Memantik percakapan akan arsip, konteks sosial-politik, distribusi pengetahuan, juga relevansi pengetahuan lokal dengan kondisi masyarakat terkini. Sebagai lembaga arsip seni, IVAA juga akan mendampingi kolaborator untuk melakukan pengorganisasian dan manajemen data. Data yang telah ditata dan diolah tersebut nantinya akan digunakan untuk memperdalam percakapan penting serta mendampingi perubahan sosial yang ada di masyarakat.
Kali ini, EPHEMERA #3 bekerja dengan sembilan individu maupun komunitas pegiat arsip dari Aceh hingga Nusa Tenggara Timur dengan titik fokus yang beragam. Pada pertemuan pertama, para partisipan saling bertukar pengetahuan tentang topik-topik yang hendak diangkat dalam program ini. Mulai dari pengalaman ketubuhan, kisah keluarga, hingga pertemuan dengan arsip yang selama ini sengaja dihapus dari sejarah.
Seluruh partisipan akan turut serta dalam workshop pengarsipan kontekstual yang dilangsungkan pada 15-17 Mei 2023. Lewat workshop ini, para partisipan akan bersama mengelaborasi pengetahuan yang ada di sekitar. Setelah workshop, para partisipan dan fasilitator Ephemera bersama-sama menajamkan riset dan menyusun rancangan presentasi publik yang akan dilangsungkan di rentang Juni-Juli 2023.
PROFIL PARTISIPAN EPHEMERA #3 Museum of Untranslatable Stories
- Fionny dan Mirat Kolektif – Fionnymellisa tengah menekuni dunia menulis dan menggambar. Ia mengajak orang-orang menjadi bagian dari tulisan dan gambarnya melalui medium fanzine. Hingga saat ini, sudah ada 3 fanzine bertajuk Jurnal Emosi yang ia terbitkan secara mandiri dan terbatas. fionny akan bekerja sama dengan Mirat Kolektif, kolektif yang didirikan pada 2018 di Surakarta. Berawal dari kebutuhan akan ruang aman untuk berbagi ide dan proses kreatif, Mirat Kolektif diciptakan sebagai wadah untuk belajar, berbagi ide dan gagasan, juga menciptakan ruang aman bersama untuk berlatih dan bereksplorasi bagi para pekerja seni.
Dalam program Ephemera #3, Mirat Kolektif akan melakukan pembacaan ulang terhadap karya-karya Siti Rukiah sebagai upaya untuk mengarsipkan, mendokumentasikan, dan memublikasikan seluas-luasnya karya tersebut kepada publik yang lebih beragam. Ini merupakan karya sedang tumbuh (work in progress) yang telah dipresentasikan di Djakarta International Theater Platform (2021) dan program Cabaret Chairil, Teater Garasi (2023) dan akan dikembangkan kembali dengan dukungan dari IVAA. Mirat Kolektif juga akan bekerja sama dengan seniman desain, Fionny untuk pengembangan WIP ini. - M Safrizal (DekJall) adalah penari dan koreografer asal Aceh, juga pendiri Arbii Institute. Karya-karyanya banyak mengangkat tentang tubuh dan tarekat. Kali ini, DekJall hendak berbagi refleksi dan mencoba mengarsipkan praktik-praktik ketubuhan dalam tarekat Qadiriyah yang pernah ia jalani dari kelas 2 SMA hingga sekarang. Ia akan membaca ulang tubuh tarekat, tubuh kultural Aceh dan tubuh tari Aceh dalam bingkaian artistik arsip tubuhnya sendiri.
- Taufik Ivan Irwansyah Hidayatulloh aktif dalam proses-proses pengarsipan dan pendokumentasian pengetahuan lokal di kalangan masyarakat Sunda selama dua tahun terakhir. Dalam kesempatan ini, Ivan hendak menilik ulang pengetahuan lokal masyarakat Sunda Cibirubeet yang banyak berkaitan dengan hubungan manusia dan alam. Juga bagaimana naktu atau nilai waktu dimaknai oleh masyarakat Cibirubeet. Ia berusaha melihat lebih jauh bagaimana peran pengetahuan lokal tersebut di masyarakat Sunda dalam konteks dulu, hari ini, dan masa yang akan datang.
- Rachmat Mustamin merupakan penulis, sutradara dan seniman performans, berbasis di Makassar. Ia aktif di Studio Patodongi, studio kolaborasi seni multidisiplin yang berbasis di Makassar yang fokus pada lintasan seni kontemporer, film, puisi dan seni performans. Rahmat hendak menelusuri sejarah Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Sulawesi Selatan, Indonesia dalam kurun waktu 1960 an melalui cerita neneknya, Puang Nika. ia akan menginterogasi ulang makna kemanusiaan dan keberagaman, serta mengisi absensi sejarah lanskap mayor pengetahuan Indonesia.
- Hidayatul Azmi merupakan seorang ilustrator yang aktif di Ladang Rupa, forum studi terbuka yang berfokus pada edukasi dan pengetahuan pengembangan seni budaya dalam ranah tradisi dan kontemporer melalui program- program kreatif di Bukittinggi. Bermula dari penelitiannya tentang seorang seniman asal Sumatera Barat bernama Oesman Effendi sejak 2017, Azmi tertarik mengangkat ranji (silsilah keluarga). Sebuah kunci penjagaan hak keturunan sedarah ibu (matrilineal), berupa harta pusaka ‘yang tampak’ seperti tanah ulayat dan rumah gadang, dan ‘yang tak tampak’ seperti gelar dan status. Mendudukkan ranji sebagai arsip, menjadi upaya Azmi untuk memantik percakapan tentang garis keturunan, arsip keluarga, dan tradisi tulis dalam masyarakat Minangkabau.
- Magazin Art Space merupakan perkumpulan seni yang berorientasi pada pelestarian, pembinaan, pengembangan, dan pemajuan kehidupan seni budaya, terutama di kawasan Maluku Utara. Sebagai daerah yang kaya akan rempah (pala dan cengkeh), komoditas tersebut masih dipahami dalam konteks historis, kolonialisme, dan perdagangan. Percakapan tentang peranan rempah sebagai keberlangsungan kehidupan, masih terbatas. Maka kali ini, Magazin akan berusaha menempatkan pengetahuan lokal masyarakat Maluku Utara tentang rempah sebagai Rorano (obat; bahasa Ternate) dalam ilmu pengobatan modern.
- Lodimeda Kini merupakan peneliti asal Timor Barat, NTT yang mengarsipkan tradisi lisan suku Sabu, mulai dari tutur silsilah, mitologi, hingga nyanyian selama tujuh tahun terakhir. Film dokumenter, buku, dan akun Instagram @ammuhawu, menjadi media pengarsipan, publikasi sekaligus dokumentasi kerja penelitiannya selama ini. Dalam program Ephemera #3, ia hendak melakukan pengembangan museum digital berbasis website bersama seniman/pelaku budaya dan masyarakat adat Sabu.
- Tepian Kolektif adalah kolektif pegiat seni pertunjukan yang berfokus pada pengarsipan kesenian Berau dengan pendekatan multidisiplin yang analitis dan reflektif. Kolektif Tepian akan mengangkat pengetahuan lokal Berau tentang mitigasi banjir melalui lirik “Jauh Malam”. Mengingat Berau merupakan salah satu wilayah yang bakal mendapatkan imbas dari pembangunan infrastruktur besar-besaran di IKN. Belum lagi dampak kerusakan lingkungan dari tambang dan perkebunan sawit.
- Inkubator Inisiatif (IIN) merupakan sebuah organisasi seni untuk berbagi pengetahuan, mengembangkan dan menumbuhkan wawasan, ide, praktik yang berkaitan dengan seni kontemporer melalui presentasi dan diskusi. IIN berusaha menjadi ruang yang egaliter dan inklusif, mempromosikan kejujuran, toleransi, dan saling menghormati, serta menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, terlepas dari etnis, ras, agama, dan gender. Pada Ephemera #3 kali ini, IIN akan bekerja bersama 8 partisipan dengan jangkauan topik yang luas dan beragam, mulai dari arsip seni tari hingga pengarsipan komunitas.