Ibu Sri Meidiana adalah seorang ibu rumah tangga yang pernah bekerja di Radio Retjo Buntung Yogyakarta. Salah satu pekerjaan yang ia senangi ketika bekerja di radio tersebut adalah menjadi pengisi suara untuk program sandiwara radio. Di sanalah Bu Sri Mediana memperoleh pengetahuan tentang sandiwara radio dari Abbas C.H., seorang tokoh Sandiwara Radio di Yogyakarta yang kini telah tiada. Pengetahuan yang diperoleh itu kemudian memberi inspirasi baginya untuk menciptakan dongeng-dongeng audio untuk anak-anak.
Dalam program mini residensi Festival Arsip Ephemera #2 kemarin, ia mencoba menantang dirinya sendiri untuk menerjemahkan tema-tema arsip, demokrasi, dan budaya yang merupakan tema-tema yang sering dibicarakan di dalam dunia orang dewasa ke dalam bahasa dongeng anak-anak. Praktik itu coba dikerjakannya karena di dalam praktik produksi arsip, tema anak-anak jarang disentuh dan kalaupun ada kebanyakan konsumen yang terbayangkan adalah orang dewasa bukannya anak-anak itu sendiri.
Selama satu bulan Bu Sri Mediana mencoba menciptakan naskah, menyutradarai, sekaligus menjadi pengisi suara dari tiga judul rekaman dongeng anak yang dibingkai dalam serial “Dongeng Bunda IVAA”. Dalam prosesnya, secara teknis ia tidak mengalami kesulitan yang berarti. Tantangannya justru terletak saat ia harus mempertanyakan ulang nilai-nilai dan norma-norma yang selama ini hidup di dalam dunia dongeng anak-anak untuk disesuaikan dengan tema-tema yang diangkat.
Ada tiga cerita yang bisa dinikmati, mulai dari “Aja Kagetan, Aja Gumunan”, “Aja Nganti Kepaten Obor”, dan “Mbah Temu Sang Dukun Bayi”. Dongeng-dongeng itu bisa dinikmati melalui youtube IVAA dengan playlist “Dongeng Bunda IVAA”. Seperti yang sudang kami singgung, dongeng ini bisa disuguhkan kepada anak-anak kita.
Program dikerjakan bersama Irfanudin Ghozali, Ibu Sri Meidiana dan Tim Ephemera IVAA. Direkam di Radio Retjo Buntung Yogyakarta.