oleh Sukma Smita dan Krisnawan Wisnu
Dalam rangka merespon situasi masyarakat sipil di tengah pandemi Covid-19, IVAA bersama jejaring mitra Ford di Indonesia tergabung menyatukan gagasan kolektif menjadi inisiatif dalam wadah CIVICA. CIVICA bertujuan memberikan ruang bersama bagi organisasi masyarakat sipil untuk mendokumentasikan dan mewartakan secara digital beragam praktik baik, peran serta dan dukungannya bagi masyarakat Indonesia melalui beragam penelitian, kerja sosial kemanusiaan, dan kegiatan pemberdayaan.
Sebagai bagian dari publikasi awal inisiatif ini, CIVICA menggelar dua kegiatan. Pertama adalah penerbitan buku “Demokrasi dan Pandemi: Bunga Rampai Pengetahuan Masyarakat Sipil di Indonesia”. Buku ini dimaksudkan untuk merekam serta mewartakan berbagai praktik baik yang telah dan sedang digalakkan oleh masyarakat sipil di tengah situasi bencana Covid-19, serta bencana global akibat rezim kapitalisme neoliberal. Usaha-usaha rakyat di level komunitas yang berjalan lebih sigap dari pemerintah serta beragam cara bertahan alternatifnya menjadi perhatian khusus. Beberapa penulis yang tergabung di organisasi-organisasi masyarakat sipil menuangkan praktik baiknya dengan metode penulisan yang tidak seragam.
Kedua, diskusi publik bertajuk “Regresi Demokrasi, Pandemi, dan Kolaborasi Masyarakat Sipil”. Diskusi yang digelar secara daring pada 26 Februari 2021 ini menggarisbawahi imbas pandemi terhadap laku demokrasi. Di tengah kelelahan warga bertahan hidup dan otoritas institusi kepemimpinan yang dipertanyakan kesiapan serta kapasitasnya, demokrasi justru tumbuh subur di level komunitas. Masyarakat sipil berjejaring, berkonsolidasi secara organik membangun strategi bertahan.
Secara khusus, CIVICA mendiskusikan tiga poin penting yang dibagi ke dalam Room 1 dan Room 2. Soal keadaan sektor media sebagai saluran demokrasi, konteks perekonomian dalam kerja advokasi dan penggalangan modal usaha, serta bentuk kolaborasi yang mendemokratisasi akses dana, jaringan serta pasar. Misalnya, dalam Room 1, Fransisca Ria Susanti dalam koridor media menjelaskan bahwa infodemic juga menjadi problem yang dihadapi para jurnalis. Bahkan, sosial media menjadi ruang reproduksinya. Lalu dalam hal bentuk kolaborasi, Imam Prasodjo mengutarakan bahwa potensi praktik berjejaring yang dilakukan di level komunitas mampu menjadi potensi gerakan sosial yang berdampak ekonomi. Di Room 2, Lian Gogali dari Institut Mosintuwu salah satunya, menceritakan bagaimana pentingnya bahasa dalam kerja-kerja advokasi. Secara khusus berangkat dari konteks lokal, penyesuaian pesan dengan bahasa yang kerap dipakai oleh masyarakat sasaran menjadi aspek yang jarang diperhatikan oleh para aktivis gerakan sipil. Padahal hal itu begitu penting, menimbang keadilan sejak dalam interaksi.
Dua kegiatan itu menjadi awal bentuk upaya CIVICA untuk meneruskan pendokumentasian dan mengabarkan beragam praktik baik dari organisasi-organisasi masyarakat sipil di Indonesia.
Artikel ini merupakan rubrik Agenda Rumah IVAA dalam Buletin IVAA Dwi Bulanan edisi Januari-Maret 2021