Dua bulan setelah diselenggarakannya lokakarya “Merajut Metode Artistik di antara Pengarsipan dan Komunitas”, rekan-rekan praktisi seni yang tergabung dalam lokakarya mempresentasikan karyanya dalam pameran “Dari ruang yang-antara”.
Program lokakarya tersebut merupakan upaya IVAA untuk mengkultivasi praktik dan wacana seputar penciptaan seni berbasis arsip, khususnya yang berpegang pada prinsip solidaritas, keadilan, dan keberlanjutan komunitas. Maka, kami memilih lima proposal proyek artistik yang membagi pendekatan serupa terhadap situasi (re)produksi pengetahuan dalam relasi komunitas yang menghidupi praktik mereka.
Seiring berjalannya program, kami pun menyadari satu hal yang memantulkan semangat praktik masing-masing: ruang di-antara sebagai lokus kerja.
Selain secara harafiah dapat diartikan sebagai ‘perbatasan’, ruang di-antara dapat juga menjadi perkakas konseptual untuk memahami pengalaman perpindahan dan ketercerabutan. Ruang di-antara maka dapat membantu kita dalam mengartikulasikan upaya untuk terhubung kembali, serta ragam siasat untuk bertahan bersama di tengah kerentanan. Tajuk pameran ‘Dari ruang yang-antara’ lantas mengisyaratkan kekaburan dan kerentanan, namun sekaligus kejamakan, daya spekulatif, dan potensi untuk bertransformasi bersama.
Terdapat pula rangkaian agenda program publik dalam pameran ini. Program publik pertama adalah wicara seniman dan tur galeri yang diselenggarakan pada 20 Agustus 2024. Selama satu hari penuh, empat dari lima seniman yang berpameran membagikan proses kerja dan refleksinya kepada rombongan pengunjung yang antusias.
Agenda program publik kedua adalah tur berjalan (walking tour) sepanjang kawasan Njeron Benteng sebagai agenda aktivasi karya “Sekat dan sela-sela mitigasi” (2024) oleh Reza Kutjh, yang lahir dan dibesarkan dalam kawasan tersebut. Melalui program ini, Reza hendak mengajak peserta untuk mengalami secara langsung suasana kawasan Njeron Benteng yang kini dalam operasi alihfungsi sebagai kawasan cagar budaya. Pembangunan Benteng sebagai cagar budaya—bagian dari Sumbu Filosofis Yogyakarta—mendorong masyarakat setempat untuk pergi dari tempat tinggal yang telah mereka rawat selama bertahun-tahun.
Kegiatan publik terakhir adalah lokakarya menyulam bersama sebagai aktivasi karya “Pergi dari Rumah” (2024) oleh Esty Wika Silva. Melalui lokakarya ini, Silva mengajak tim kecil peserta untuk menyulam bersama sebagai kegiatan yang memediasi percakapan seputar pergi dari rumah. Percakapan ini, ia yakini dapat menjadi pemantik untuk membedah dan mengkritisi kembali situasi tempat tinggal, juga memahami kerentanan, saling menguatkan, dan berbagi siasat bertahan—tema-tema yang menjadi basis penciptaan karyanya.
Video pameran Dari ruang yang-antara tersedia pada kanal YouTube kami.