oleh Nadia Farah Safana
Berawal dari penemuan koleksi foto laki-laki muda dan perempuan yang mirip di sebuah toko barang antik di George Town, Penang, Malaysia pada tahun 2013, Fan Chon melakukan pelacakan tentang subjek dalam foto tersebut. Potret mendiang Ava Leong yang diambil pada tahun 1950 hingga 1960-an yang berujung pada pertemuan dan dialog mendalam dengan Anita, teman lama Ava yang kemudian memperkaya materi foto dengan cerita tentang proses pencarian identitas diri dua kawan baik tersebut. Namun, sebenarnya wawancara antara Fan Chon dengan Anita belum selesai karena Anita sudah meninggal pada tahun 2021 lalu. Tetapi karya ini masih tetap dapat kita nikmati denga baik.
Pemutaran dan diskusi film ini dibuka untuk umum, diadakan di amphitheater Rumah IVAA pada 16 November 2022 pukul 19.00 WIB. Formatnya foto-video essay, berdurasi sekitar 37 menit dan mengisahkan dua teman masa kecil yang sedang mengeksplorasi identitas gender mereka melalui media fotografi saat mereka mulai beranjak dewasa. Ava bertransformasi dari seorang remaja laki-laki menjadi seorang wanita. Dalam video ini Anita mengungkapkan dinamika persahabatan mereka selama 70 tahun, mulai dari perjalanan penemuan jati diri melalui fotografi, kegiatan sosial yang mereka lakukan, pengalaman kerja Anita sebagai teknisi lab di sekolah hingga kehidupannya di atas panggung sebagai seorang aktor.
Karya ini bermaksud untuk memberi kita gambaran tentang suatu masa ketika mereka bersama, bagaimana rekan-rekan mereka dari komunitas transgender yang sedang mengeksplorasi perasaan diri mereka sambal berkontribusi pada budaya seni kosmopolitan yang semarak di Malaysia saat itu.
Pemutaran dan diskusi film kali ini juga memantik berbagai pertanyaan dari para penonton. Mulai dari pertanyaan seputar pembuatan foto-video essay ini hingga mengenai kegiatan dari Ava dan Anita. Seperti dalam video, Ava dan Anita sangat suka berfoto dan menyimpan foto dirinya. Namun, pada akhir hayatnya sebelum meninggal Ava memberikan fotonya kepada Anita karena tidak ingin menyimpan terlalu banyak benda. Uniknya Anita juga tidak menyimpannya, ia hanya membiarkannya di tempat sampah tetapi tidak membuang atau membakarnya.
Pemutaran film ini memberikan sebuah wawasan dan pemahaman baru mengenai bagaimana kaum transgender di Malaysia dalam menjalani kesehariannya di masyarakat. Sebagai contohnya adalah Ava dan Anita yang mengabadikan proses perjalanan penemuan jati dirinya melalui fotografi.