Pameran poster Exist Unexist berlangsung dari tanggal 22 Agustus 2023 dan masih menghiasi area baca lantai satu RumahIVAA saat tulisan ini dirangkai. Pameran ini sebenarnya sudah lama hinggap di kepala arsiparis jempolan kami, Santosa Werdaya, sebelum direalisasikan menjadi bagian dari kegiatan Gelar Griya IVAA pada bulan Agustus. Proses persiapan pameran ini dibantu oleh staf IVAA yang lain dan juga teman-teman magang periode Juli-September, terutama Yusuf Habib yang banyak menghabiskan waktu kerjanya dengan mas Santosa.
EXIST UNEXIST : Pupus Berkembangnya Ruang Seni Kita Hari Ini adalah pameran yang menampilkan 85 poster koleksi IVAA yang melihat kembali kehadiran ruang-ruang seni dan peristiwa yang mewarnai Yogyakarta, berkisar dari tahun 1983 – 2019. Sebagai koleksi kami, poster menjadi sebuah medium penanda ruang, pelaku seni, penyelenggara acara, ide dan pemikiran, dan eksistensi seniman. Poster juga bisa dibaca sebagai kecenderungan atau perkembangan isu yang hangat di zamannya.
Koleksi poster yang dibagikan dibagi menjadi empat kategori:
Di salah satu sudut, terdapat meja dengan tiga bendel kliping. Pengunjung dapat melihat informasi perihal peristiwa dan ruang seni di Yogyakarta untuk melacak informasi pameran poster ini. Biasanya, bendel kliping ini berada di lemari Koleksi Kliping Seni dan Budaya di sisi kanan setelah kawanIVAA masuk dari pintu utama IVAA. Bendel kliping yang ditaruh di ruang pamer adalah bendel Maret – April 1998, Januari 2000, dan Juni 2003.
Dalam proses kurasi poster yang akan ditampilkan, saya sempat berbincang dengan Yusuf terkait temuan-temuannya. Ia mengatakan, dan saya sepakati, bahwa poster-poster kegiatan kesenian sekarang didominasi oleh tulisan teks dengan ilustrasi yang sedikit. Cenderung monoton. Tentu tidak semua poster seperti itu, namun saya rasa ini besar kaitannya dengan penyebaran informasi kegiatan lewat media sosial yang semakin gencar satu dekade terakhir. Desain-desain yang trendy jadi terlihat sama jika disandingkan bersebelahan; minimalis yang didominasi warna polos, teks kecil, ruang kosong yang banyak. Belum lama ini malah bentuknya berganti lagi. Informasi jauh lebih cepat menyebar dalam bentuk video pendek, format yang sedang gencar didorong di berbagai platform. Pergeseran ini kiranya menarik untuk dijadikan topik diskusi.
Saya yakin jika persiapan pameran ini lebih matang, harum potensinya dapat tercium sampai jauh. Ironisnya, pameran tentang poster ini tidak memiliki poster resmi pamerannya. Ada, namun sebagai salah satu unggahan di kanal Instagram kami bersama poster kegiatan Gelar Griya yang lain. Pameran ini sejujurnya mampu berdiri sendiri dengan membawa serangkaian diskusi sebagai rangkaian acaranya, misalnya forum diskusi mengkaji desain poster dengan mahasiswa atau peminat desain grafis, mengundang ruang-ruang yang posternya kami tampilkan untuk mendiskusikan perubahan mereka dalam membuat dan menyebarkan poster, mendiskusikan teknik yang digunakan dalam membuat poster, dan seterusnya. Usulan-usulan kegiatan terkait pameran ini dengan senang hati memunculkan dirinya. Pada akhirnya, beragam poster yang kami sajikan pada pameran ini hanyalah sebagian dari berlembar-lembar dokumen ephemera lainnya yang kami simpan dan digitisasi, yang kami yakin pada saatnya nanti akan bertatap muka dengan publiknya untuk menyampaikan narasi-narasi lain tentang perkembangan seni rupa di Indonesia.