Selain melangsungkan sejumlah program publik, tahun 2024 bagi IVAA pula dipenuhi oleh partisipasi kami dalam ruang-ruang dialog yang diinisiasi oleh lembaga kesenian dan pengarsipan lainnya. Pada rubrik ini, kami telah merangkum sejumlah kesempatan menjamu, berjejaring, perjalanan, dan presentasi penelitian IVAA dalam simposium, konferensi, public lecture, hingga summer school sepanjang 2024. Kami berharap segala dialog, pengetahuan, dan pertemanan baik yang hadir dari kesempatan-kesempatan tersebut terus berlanjut. Sampai jumpa pada program-program berikutnya!
Pada 24-25 Oktober 2024, IVAA diundang oleh Center for Indonesian Visual Art Studies (CIVAS) Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB untuk terlibat dalam diskusi meja bundar ‘Muhasabah Arsip.’
Dalam diskusi tersebut, IVAA—bersama ketujuh pembicara lainnya di bidang pengarsipan—menyusun pemahaman bersama mengenai perawatan. Selebihnya, berkaca dari pengalaman dan lokus kerja para pembicara, diskusi ini mempertanyakan bagaimana pengarsip mampu menyusun siasat menuju perawatan yang dekolonial.
‘Muhasabah Arsip’ diisi oleh Riksa Afiaty (IVAA), Danuh Tyas Pradipta (Galeri Soemardja), Brigitta Isabella (KUNCI Study Forum and Collective), Irfan R. Darajat (Universitas Gadjah Mada), Tarlen Handayani (Kolektif Belajar Konservasi), Astrid Reza (RUAS), Diah Handayani (Selasar Sunaryo), Maria Pankratia (Flores Writers Festival). Sesi tersebut dimoderatori oleh Kiki Rizky Soetisna P. (CIVAS FRSD ITB).
Selain Riksa, Dwi Rahmanto (Kepala Arsip IVAA) dan Widya Rafifa (Staf Program IVAA) pula terlibat dalam rangkaian diskusi dan tur arsip yang menyambangi Selasar Sunaryo, perpustakaan dan arsip CIVAS ITB, serta Perpustakaan Indeks.
Pada penghujung Agustus 2024, sejumlah empat staf Tim IVAA bergabung dalam Our Many Easts Summer School 2024 yang diselenggarakan oleh Moderna galerija, Ljubljana, Slovenia (@mgplusmsum). Tim kecil ini terdiri dari Putu Sridiniari (Periset), Dwi Rahmanto (Arsiparis), Riksa Afiaty (Kepala Program), dan Santosa (Pustakawan). Program sekolah singkat ini didedikasikan pada tema transformasi Gerakan Non-Blok dan upaya memaknai kembali ‘Timur’ sebagai sebuah geografi politik dan pengetahuan.
Pada pekan kedua perjalanan, selepasnya dari Slovenia, Tim IVAA mengunjungi Salt, Istanbul, Turki, dan memberikan temu wicara seputar kerja pengarsipan seni IVAA dan relasi-relasi di sekitarnya dalam konstelasi sosial dan kekuasaan di Indonesia.
Perjalanan ini didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi lewat Fasilitasi Bidang Kebudayaan Interaksi Budaya Tahun 2024.
Pada 31 Oktober 2024, IVAA, direpresentasikan oleh Riksa Afiaty (Kepala Program) terlibat dalam simposium “Lost, but Activating” yang diselenggarakan oleh Art Archives, Seoul Museum of Art (SeMA AA). Pada kesempatan baik tersebut, IVAA menampilkan sejumlah arsip yang memantulkan semangat solidaritas kultural dan kerja pengarsipan berbasis sosial yang menjadi motivasi keberlanjutan IVAA, di antaranya arsip AWAS! terkhusus di dalamnya adalah arsip FX Harsono, arsip Moelyono, dan arsip Seniwati Art Gallery. Pada tahun ini, riset aktivasi arsip yang dipresentasikan dalam simposium tersebut akan dipublikasikan dalam bentuk buku.
Di samping simposium tersebut, Tim IVAA yang berpartisipasi dalam perjalanan ini pula menyambangi beberapa institusi arsip dan peristiwa seni di Seoul dan Gwangju. Di antaranya adalah koleksi arsip SeMA, Museum 5-18 (Gwangju Uprising) Archives, The Jamming Pavilion (Indonesia) pada Gwangju Biennale ke-15, dan Museum of Modern and Contemporary Art.
Tim IVAA dalam perjalanan ini berisi Riksa Afiaty (Kepala Program), Putu Sridiniari (Peneliti), Rosa Pinilih (Kepala Kantor), Widya Rafifa (Staf Program), dan Nikita Ariestyanti (Staf Administrasi Keuangan). Perjalanan Putu dan Nikita didukung oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui program Fasilitas Bidang Kebudayaan Interaksi Budaya Tahun 2024.
Pada simposium “Deadification: Perception and Interpretation of Art Archives” yang diselenggarakan oleh China Academy of Art, Hangzhou, China pada November 2024, IVAA berkesempatan untuk berpartisipasi dalam dialog mengenai pemeliharaan arsip dan risiko kerusakan arsip. Dalam simposium tersebut, diwakilkan oleh Riksa Afiaty (Kepala Program) dan Putu Sridiniari (Peneliti), IVAA memaparkan konteks geografis-historis Indonesia dalam perihal pengarsipan. Secara khusus, dalam dinamika seni dengan isu kekuasaan nasional yang mendorong terbentuknya IVAA, juga wacana seputar tantangan iklim tropis pada keberlangsungan arsip.
“Mengapa kita harus mengarsipkan? Bagaimana kita memulai kerja arsip dalam konteks komunitas di sekitar kita? Seperti apa laku mengarsip yang sensibel secara politis?”
Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi rumusan diskusi seru dalam lokakarya pengembangan kapasitas dengan topik pengarsipan seni yang diselenggaran oleh Rumata Art Space, Makassar, yang mengajak IVAA selaku fasilitator. Selama dua hari, Dwi Rahmanto (Arsiparis) dan Widya Rafifa (Staf Program) berbincang dengan kawan-kawan Rumata seputar pola-pola kerja arsip IVAA dan membangun refleksi bersama tentang pengarsipan kontekstual.
Pada 27 September 2024, IVAA, direpresentasikan oleh Dwi Rahmanto (Arsiparis) dan Santosa (Pustakawan) mengisi sesi public lecture pada program publik Sewon Screening ke-10. Di sana, IVAA mengenalkan kerangka pikir pengelolaan arsip yang telah dilakukan IVAA selama ini. Khususnya, dalam kaitannya dengan material seni rupa dan video. Terdapat pula sejumlah arsip seni video IVAA yang ditampilkan dalam showcase perhelatan Sewon Screenng 10, di antaranya Unbelievable Beliefs karya Tromarama, Loebang-loebang di Djalan oleh Handy Hermansyah, dan Once Upon A Time in China karya Wimo Ambala Bayang.