Pendaftaran proposal Hibah Penelitian Seni Visual 2015 dibuka 20 Mei sampai 30 Juni 2015. IVAA kemudian menyerahkan 120 proposal yang lolos seleksi administrasi kepada Dewan Penilai. Ong Hari Wahyu, Dr. Wulan Dirgantoro dan Hendro Wiyanto, sebagai Dewan Penilai, memutuskan tiga pemenang hibah, yaitu Sudarmoko, Brigitta Isabella, dan Galuh Ambar Sasi. Saat tulisan ini disusun, ketiga peraih hibah sedang menyusun tulisan ilmiahnya, setelah mendapat masukan di “Pertemuan dengan Akademisi dan Narasumber Arsip”, pada 1 Oktober 2015. Dalam pertemuan, masing-masing peraih hibah menyampaikan perkembangan penelitiannya yang terdiri dari data yang telah diperoleh dan kesulitan yang dialami. Masukan diberikan oleh para undangan, yakni dosen, peneliti, kurator, dan praktisi seni. Tulisan ilmiah hasil dari penelitian dijadwalkan selesai akhir November 2015.
Sudarmoko – SEMI dan Gerakan Seni Rupa di Sumatera Barat
SEMI merupakan kepanjangan dari Seniman Muda Indonesia yaitu nama sebuah sanggar seni, khususnya seni rupa, yang berdiri di Bukittinggi pada awal tahun 1950an. Komunitas ini didirikan di masa yang dengan gerakan seniman muda Indonesia di berbagai daerah di Indonesia. Komunitas SEMI inilah yang sepertinya menjadi salah satu pelopor kegiatan dan perkembangan seni dan budaya di Sumatera Barat, dan karena itu penting untuk ditelusuri dan diteliti sejarah serta pengaruhnya dalam perjalan seni dan budaya di Sumatera Barat dan Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Sudarmoko ini menggunakan metode studi kepustakaan, khususnya dengan menelusuri tulisan-tulisan yang dimuat di majalah atau surat kabar, baik yang diterbitkan di Sumatera Barat dan terbitan lain di Indonesia, serta laporan-laporan program pemerintah, dan buletin SEMI sendiri. Semua itu untuk menyusun sejarah perkembangan seni rupa di Sumatera Barat pada masa awal kemerdekaan. Selain itu, ia juga akan menelusuri karya-karya para anggota komunitas SEMI untuk melengkapi deskripsi dan ilustrasi karya-karya yang dihasilkan. Wawancara dilakukan terhadap pelaku seni rupa, sejarawan, akademisi, dan pihak-pihak yang berkaitan dengan topik penelitian yang dilakukan.
Brigitta Isabella – Praktik Seni Rupa Seniman Indonesia-Tionghoa 1955-1965
Dalam abstraksi yang dikirim kepada panitia, Brigitta mengawali penelitiannya dengan sebuah pertanyaan: Adakah pengaruh persahabatan akrab antara seni Indonesia-Tionghoa bagi perumusan identitas seni rupa nasional yang modern? Studi pustaka awal menunjukkan belum banyak penelitian yang komprehensif yang dapat menjawab topik tersebut. Dalam mengumpulkan data-data baru, Brigitta memanfaatkan ketersediaan arsip terkait topik tersebut di beberapa institusi seperti Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan HB Jassin. Dari perpustakaan tersebut dapat diperoleh majalah dan jurnal seni era 50-an dan koleksi pribadi beberapa orang seperti kolektor atau pemilik galeri penggemar seni Indonesia-Tionghoa. Penelitian ini akan mengumpulkan, mengategorikan, dan memetakan arsip tentang praktik seni Indonesia-Tionghoa untuk menelusuri informasi mengenai : (1) seniman dan kelompok seniman yang memiliki peranan penting, (2) pameran-pameran yang pernah diadakan, (3) lalu lintas pertukaran pengetahuan dalam misi kebudayaan Indonesia-Tionghoa (4) karya-karya seni yang dibuat, dan (5) opini publik dan media massa.
Galuh Ambar Sasi – Konstruksi Perempuan Indonesia Masa Penjajahan Jepang (Studi Karikatur di Majalah dan Surat Kabar)
Berangkat dari penulisan sejarah Indonesia periode penjajahan Jepang yang datanya minim dan seringnya menggambarkan kekerasan serta penderitaan, Galuh Ambar Sasi menawarkan sebuah penelitian yang menjadikan karikatur dari berbagai majalah dan surat kabar di periode masa penjajahan Jepang tersebut menjadi sumber alternatif untuk memperkaya historiografi. Dengan membandingkan halaman karikatur/komik dengan pariwara di periode yang sama, serta wawancara lisan, Galuh menghasilkan empat temuan sementara : (1) modernisasi perempuan desa, (2) pemiskinan dan kemerosotan sosial perempuan yang dianggap sebagai kelas menengah selama rezim Belanda, (3) upaya Jepang menyusun ulang konstruksi gender supaya berbeda dengan rezim sebelumnya, (4) kebimbangan Jepang dalam menyusun ulang konstruksi gender.