Kedai Kebun Forum, Jl. Tirodipuran No.3 Yogyakarta
14 Januari-4 Februari 2017
Kedai Kebun Forum, Jl. Tirodipuran No.3 Yogyakarta
14 Januari-4 Februari 2017
Oleh: Hertiti Titis Luhung Weningtyas*
Berawal dari sekumpulan individu yang memiliki kecocokan dalam ideologi berkarya, serta menghadapi permasalahan yang memiliki urgensi bersama, mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah organisasi yang dinamai Milisi Fotocopy pada awal 2011. Nama Milisi Fotocopy sendiri mewakili semangat gerakan milisi yang memang ingin berbagi semangat merespon permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di Surabaya. Menurut Milisi Fotocopy bentuk kesenian-kesenian yang saat ini ada di Surabaya tidak menampilkan persoalan yang dekat dengan diri mereka sendiri, sudut pandangnya sangat mainstream, bahwa gerakan kesenian adalah kerja imajinatif dan tidak berangkat dari persoalan-persoalan nyata.
Milisi Fotocopy mengadakan pameran tunggal pertama mereka yang berjudul “Ngluruk” di Ruang Pamer Kedai Kebun Forum, Jl. Tirodipuran No.3 Yogyakarta pada 14 Januari-4 Februari 2017 lalu. Dalam pembukaan pameran “Ngluruk”, Milisi Fotocopy menyajikan karya serta dokumentasi kerja mereka dari tahun 2011 hingga 2016. Melalui pameran arsip ini mereka ingin mengemukakan pentingnya mempresentasikan kerja-kerja kolektif dalam bentuk pameran ataupun diskusi supaya terjadi saling dan tukar informasi mengenai apa yang telah mereka kerjakan dan temukan selama proses bekerja kepada publik di kota Yogyakata. Nama-nama seniman muda surabaya yang tergabung di dalam kolektif Milisi Fotocopy ini antara lain Abdoel Semute, Bagus Priyo, Cahyo Prayogo, Dimas Giswa, Eko Hariadi, Imanniar Ramadhani, Iyan Fabian, Juve Sandi, Rakhmad Dwi Septian, Rendi Murti, Riski Juniartama, Sandi Crisko, dan Tubagus Riski.
Mengiringi pameran arsip ini, ada juga pertunjukan Titer Kabared Satoe “Babu Para Gedibal”, teater dari kampung Dupak, Bangunrejo, Surabaya, sebuah kampung yang notabene merupakan lokalisasi tertua di Surabaya. Digagas sebagai pengembangan dan pemberdayaan pewacanaan pelaku teater kampung yang sementara ini di anggap sebelah mata, Naskah yang berjudul “Babu Para Gedibal” mengusung tema kehidupan sosial ekonomi keluarga masyarakat Dupak sebagai masyarakat urban kota dengan segala kerakusannya, konsumerisme, dan materialistik.
Pameran Arsip Milisi Fotocopy ini ditutup dengan serangkaian acara yang diselenggarakan bersama Basarub pada tanggal 3 dan 4 Februari, antara lain pasar pernak-pernik dan kerajinan bikinan komunitas-komunitas seni di Yogyakarta dan Surabaya, pasar ini dinamai SINDIKAT BAZAAR GELAP. Sehari setelahnya mereka mengadakan artist talk dan peluncuran zine yang disusul pertunjukan musik dari band-band lokal. Di dalam artist talk, mereka mempresentasikan projek-projek yang pernah mereka kerjakan dari tahun 2011-2016, antara lain projek riset kampung Tambak Bayan Tengan di tahun 2012-2014 dan presentasi dari kolektif Kinetik tentang karya video dalam projek Hidup dan Mati di Tanah Sengketa.
| Klik disini untuk melihat dokumentasi foto dan video |
*Hertiti Titis Luhung Weningtyas adalah mahasiswa D3 Bahasa Perancis Universitas Gadjah Mada yang sedang mengikuti Program Magang IVAA.
Artikel ini merupakan bagian dari rubrik Sorotan Dokumentasi dalam Buletin IVAA Dwi Bulanan edisi Januari-Februari 2017.