Pameran Mother Earth

Lukisan M. Zikri berjudul Alam (2012) acrylic on canvas 170x200 cm

Pameran Mother Earth atau Ibu Bumi merupakan bentuk peringatan kepada manusia atas krisis kerusakan alam di bumi ini. Dalam beberapa kepercayaan dan budaya tradisi timur, bumi kerap dikonotasikan dengan ibu. Seorang ibu sejatinya rela membiarkan anak-anaknya menjadi dirinya, walaupun harus mempertaruhkan dirinya. Namun lambat laun, sang anak justru membuat ibunya semakin terluka. Bumi hari ini […]

Read More… from Pameran Mother Earth

Bahasa Kritis Estetis Petani Merapi

Kliping koran Kompas, Minggu 13 Agustus 2006, berjudul Bahasa Kritis Petani Merapi

Pameran Mengerti Merapi adalah sebuah bentuk keresahan warga lereng Gunung Merapi yang tergabung dalam Komunitas Merapi untuk merespon situasi pasca erupsi Merapi 2006. Pameran ini digelar di Karta Pustaka, 6-12 Agustus 2006, memamerkan karya-karya lukisan, patung, gejog lesung, dan hasil pertanian organik Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan. Komunitas Merapi merupakan organisasi yang dibentuk oleh para […]

Read More… from Bahasa Kritis Estetis Petani Merapi

Pameran Seni Rupa Petani & Performance “Lintang Desa”

Suasana ruang pameran Lintasan Desa ramai seperti hajatan atau ewuh

Pemeran Seni Rupa dan Pertunjukan Seni Rupa bertajuk Lintang Desa merupakan presentasi proses riset aksi partisipatoris oleh Moelyono, Yayasan Seni Rupa Komunitas (YSRK) dan warga Kebonsari, Pacitan, di Rumah Seni Cemeti pada tanggal 5-31 Agustus 2004. Presentasi ini bermaksud memberi ruang refleksi dan pemaknaan kelokalan dalam membangun semangat dan jiwa yang tumbuh dalam dinamika sosial, […]

Read More… from Pameran Seni Rupa Petani & Performance “Lintang Desa”

Indonesia Dragonfly Society

Logo Indonesia Dragonfly Society dengan gambar capung berwarna merah.

Indonesia Dragonfly Society adalah kelompok pecinta capung di Indonesia yang diinisiasi oleh Wahyu Sigit Rahadi dengan fokus pada kegiatan pemeliharaan fauna. Kelompok ini memiliki visi memasyarakatkan kecintaan atas capung di berbagai pelosok daerah. Capung adalah binatang yang bisa dijadikan model pengetahuan fauna, inspirator kebudayaan, dan sarana pendidikan. Dalam rangka memperkuat visi itu Indonesia Dragonfly Society […]

Read More… from Indonesia Dragonfly Society

Ibu-Ibu “Gemar Melukis” Berpameran

Kliping koran dengan foto ibu-ibu menunjuk lukisan di pameran Keluarga Gemar Melukis

Kelompok Keluarga Gemar Melukis dibentuk pada April 1978 atas prakarsa Ny SS Widjojo Nitisastro, seorang istri Menko Ekuin, untuk menyalurkan hasrat besarnya pada dunia seni lukis. Berawal dari pencarian guru gambar ke Taman Ismail Marzuki yang tidak menuai hasil, ia pergi ke Balai Budaya dan bertemu Budhi Susanto. Kelak Budhi Santoso mengajari ibu-ibu menggambar dan […]

Read More… from Ibu-Ibu “Gemar Melukis” Berpameran

Art Music Today

Logo Art Music Today.

Art Music Today merupakan ruang bagi siapapun yang berminat di perihal musik sebagai proses produksi ilmu pengetahuan. Sebagai lembaga pusat informasi musik yang tidak membatasi genre serta segmentasi audiens, AMT berjejaring dengan banyak orang lintas keprofesian, seperti pendengar awam, komponis, musisi, musikolog, etnomusikolog, peneliti, guru, pedagog, penata suara, lembaga pendidikan musik, dll. Art Music Today […]

Read More… from Art Music Today

Kreasi Wanita, Wanita Dalam Kreasi

Lukisan Pengantin Dayak karya Emiria Soenassa dibuat pada tahun 1952-1948. Lima orang memakai baju adat Dayak berjejer

Tulisan Agus Dermawan T ini memberi tawaran atas posisi wanita dalam sejarah seni rupa Indonesia yang tak kunjung dilihat sebagai seniman yang memiliki kemandirian berkarya dan bertindak dalam kerangka kreatif dan estetik. Asumsi bahwa wanita sering tidak dianggap sungguh-sungguh dalam menghayati seni rupa, dan seandainya ada yang masuk dalam konstelasi seni rupa, bukan target artistik […]

Read More… from Kreasi Wanita, Wanita Dalam Kreasi

Jaring Perempuan

Dua foto karya Titarubi. Di sebelah kiri berjudul "Lindungi Aku Dari Keinginanmu". Ada tiga bonek manekin yang digantung di tembok dan di bawahnya ada benda-benda bulat seperti telur. Gambar sebelah kanan adalah patung bayi yang seluruh kulitnya dipenuhi kaligrafi Arab, berjudul "Bayang-Bayang".

“Jaring Perempuan” adalah penelitian Umi Lestari dalam program kelas penulisan dan pengarsipan IVAA pada 2013. Tulisannya ini kemudian juga turut dipublikasikan dalam buku keluaran program yang berjudul “Membaca Arsip, Membongkar Serpihan Friksi, Ideologi, Kontestasi: Seni Rupa Jogja 1990-2010”. Umi banyak bicara soal isu perempuan di dalam dunia seni, khususnya konteks sejarah seni. Merujuk gagasan Linda […]

Read More… from Jaring Perempuan

Diskusi Seni dan Budaya Pemuda Pasca Era Reformasi: Keterlibatan Sosial, Ekspresi Alternatif, dan Ruang Publik di Yogyakarta.

Foto Katherine Bhrun dalam diskusi Seni dan Budaya Pemuda Pasca Era Reformasi: Keterlibatan Sosial, Ekspresi Alternatif, dan Ruang Publik di Yogyakarta

Diskusi ini merupakan presentasi tugas akhir magister dari Katherine Bhrun di Ohio University, Fakultas Asian Studies (International Studies) yang berjudul Art and Youth Culture of the Post-Reformasi Era: Social Engagement, Alternative Expression, and the Public Sphere in Yogyakarta, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Seni dan Budaya Pemuda Pasca Era Reformasi: Keterlibatan Sosial, Ekspresi Alternatif, […]

Read More… from Diskusi Seni dan Budaya Pemuda Pasca Era Reformasi: Keterlibatan Sosial, Ekspresi Alternatif, dan Ruang Publik di Yogyakarta.

Biennale Jogja XVI Equator #6

"Herstory: if Knowledge is Power (2021) terbuat kain yang menggambarkan sejarah evolusi masyarakat Ocieania yang tidak linier beserta catatan-catatan hidup masyarakatnya

Biennale Jogja XVI bertajuk Root><Routes mengambil fokus pada negara-negara di Oseania. Biennale ini merupakan sebuah usaha untuk membentang  spektrum persoalan antara akar budaya dan mobilitas, seperti persoalan masyarakat, adat atau kepribumian (indigeneity) dengan rasialisme; batas-batas teritorial (territorial borders) dengan diaspora; mitologi dengan modernitas; ekstraksi sumber daya alam dengan krisis ekologi; hingga ideologi pembangunan yang menggerus […]

Read More… from Biennale Jogja XVI Equator #6