Ada 6 figur yang kami ulas dalam konteks membicarakan kerja-kerja manajerial seni-budaya. Mereka adalah Anggi Minarni, Yustina Neni, Riesmiliyana Wijayanti, Godod Sutedjo, Trisni Rahayu, dan Halim HD. Bukan maksud untuk menjadikan mereka sosok paling utama dari para pekerja (manajer) seni lainnya, tetapi ini didasarkan atas pertimbangan ragam metode kerja dan keberangkatannya yang layak dibagikan sebagai pengetahuan, serta kapasitas jangkauan yang dapat kami lakukan. Selain itu kami juga menggarisbawahi satu peristiwa penting, yakni Sekolah (bukan) Arsitektur, yang bicara soal situasi kritisisme dalam dunia arsitektur sebagai bagian dari diskursus kesenian kita.