Oleh: Topan Bagus Permadi (Kawan Magang IVAA)
Pengarang: Sulebar M. Soekarman, AA. Nurjaman, Netok Sawiji_Rusnoto Susanto, ANton Larenz
Penerbit: Yayasan Seni Visual Indonesia
Tahun: 2009
Deskripsi Fisik: 246 Hlm
No. Panggil: 701 Soe S
Buku ini merupakan seri buku abstrak Indonesia yang kedua. Menceritakan pameran seni lukis abstrak yang dilaksanakan sejak 2005, dan diikuti oleh 7 perupa abstrak Indonesia yaitu AT Sitompul, Dedy Sufriadi, Notok Sawiji_Rusnoto Susanto, Nunung WS, Sulebar M. Soekarman, Utoyo Hadi, dan Yusron Mudhakir. Pameran ini berlangsung di beberapa tempat seperti Taman Budaya Yogyakarta, Galeri Nasional Indonesia, dan Tony Raka Art Gallery, Bali.
Buku ini disusun menjadi suatu rangkuman holistik, tentang pemahaman dan keyakinan para perupa abstrak di Indonesia berkaitan dengan prosesnya berkesenian. Buku ini ditulis oleh dua orang dari dalam pameran, yaitu Sulebar M. Soekarman dan Netok Sawiji_Rusnoto Susanto yang menguraikan tentang keyakinan, semangat, perjalanan spiritual, pemikiran serta impian dan kerja keras perupa abstrak. Selain itu ada dua orang dari ‘luar’ yaitu AA Nurjaman dan Anton Larenz, bercerita tentang latar belakang kesejarahan seni abstrak Indonesia. Keduanya juga mengulas karya seni dan pemikiran dibalik proses penciptaan karya seni secara personal.
Ide dasar dari judul Soulscape adalah ‘pemandangan-jiwa’ yang tentunya sangat bertolak belakang dengan pemandangan alam (landscape) atau pemandangan laut (seascape) ataupun lainnya yang mengangkat sesuatu yang kasat mata, materi yang ada di alam, yang secara visual dapat dilihat atau dirasakan dengan panca indera kita. Dalam pembahasannya, soulscape lebih cenderung kepada hati nurani, perasaan yang paling mendalam (inner feeling). Lebih lanjut, gagasan pemikiran secara intelektual tentang kemurnian penciptaan yang memiliki kandungan keindahan pribadi sekaligus universal. Soulscape menjadi sebuah pendalaman materi dan tantangan. Sekaligus proses pengakraban, pencerahan dan penyerahan diri secara total dari 7 perupa abstrak tersebut yang saling berinteraksi untuk melakukan transmisi budaya serta penggalian kreativitas pribadi masing-masing. Kemudian menjadi kesadaran tertinggi, dan menjadi sebuah konsep tentang kembali ke timur.
Dalam akhir bab buku ini terdapat sebuah rangkuman laku kerja 7 perupa abstrak soulscape, dimana perubahan dan perkembangan zaman akan selalu melahirkan kaidah baru, ungkapan baru, situasi dan lingkungan yang berbeda. Tetapi bagaimanapun berubah dan berkembangnya zaman, ada suatu nilai spiritual yang menjadi benang merah untuk penghubung semua itu.
Artikel ini merupakan rubrik Sorotan Pustaka dalam Buletin IVAA Dwi Bulanan edisi Juli-Agustus 2018.