Oleh: Santosa Werdoyo
Edisi : 6 Juli 1954 Tahun Ke III
Pengarang: Kusnadi
Jumlah: 41 Halaman
Majalah Budaya adalah terbitan bulanan dari Djawatan Kebudayaan Kementerian P.P.K selama tahun 1953-1962. Edisi No. 6, Djuli 1954 Tahun III, Kusnadi menulis kesan–kesannya tentang eksposisi Seni Rupa International di kota Sao Paulo, Brazil. Dalam rangka perayaan Biennale II tanggal 12 Desember 1953 – 12 Maret 1954. Terangkum secara baik dalam 41 halaman.
Dalam Biennale Sao Paulo ini, Kusnadi memaparkan karya – karya yang dipamerkan lebih dari 75% seni setelah era kubisme Picasso, seni yang kubistik dan abstrak , surealistik dan futuristik. Sisanya berbentuk realis, dari impresionisme hingga ekspresionisme. Selain itu, terdapat satu karya naturalis di ruang Norwegia, 1 di ruang Belgia, 3 di ruang Indonesia, dan 10 lukisan sejarah di ruang Brasil. Ruang lainnya seperti Perancis, Inggris, Belanda, Israel Yugoslavia, Argentina, Mexico, dan Amerika Serikat, menampilkan seni abstrak. Ruang lainnya yaitu Italia, Spanyol, Portugal, Swis, Brazil, Venezuela, Jerman, Austria, Norwegia separuh realistik, separuh abstrak. Sedangkan ruang Indonesia dengan 95% impresionisme dan ekspresionisme, dan 5% sisanya naturalisme.
Ini adalah kali pertama Indonesia turut serta dalam ajang Biennale International. Menghadirkan 34 karya dari 25 seniman Indonesia. 25 seniman itu antara lain Affandi, S.Sudjojono, Harijadi, Suromo, Rusli, Wakidjan, Hendra Gunawan, Trubus, Sudarso, Rustamadji, Sholihin, Kusnadi, Sesongko, Sjahri, Zaini, Oesman Effendi, Basuki Resobowo, Trisno Sumardjo, Handrijo, Nasjah, Agus Djaya, Supini, Kartono, Ida Bagus Made dan Ida Bagus Togog. Affandi pada kesempatan ini menampilkan 20 lukisannya. Dalam hal ini tidak dijelaskan bagaimana seniman – seniman dan karya – karya itu bisa terpilih dan mewakili Indonesia. Dari pengamatan sekilas terhadap karya – karyanya, ditemukan hubungan antara karya seni rupa baik teknik dengan gaya yang dimiliki beberapa seniman, serta bagaimana antara seniman sezaman saling mempengaruhi.
Majalah Budaya edisi 6 Juli tahun 1954 ini secara runut menceritakan bagaimana pengalaman seniman-seniman Indonesia ‘go internasional’. Meski tulisan Kusnadi ini cenderung deskriptif, cukup menjadi gambaran tentang kancah seni rupa dipertemukan dalam arena pameran yang lebih luas. Catatan ini menjadi penting mengingat konteks tahun 1954 yang ramai digalakkan misi-misi kebudayaan oleh Sukarno. Ini bisa menjadi pendamping referensi bagi peneliti untuk memperkaya literatur dalam pencarian nilai-nilai dan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dari sebuah karya seni.
Koleksi pustaka ini dapat diakses dengan datang ke Perpustakaan IVAA.
Artikel ini merupakan rubrik Sorotan Pustaka dalam Buletin IVAA Dwi Bulanan edisi Juli-Agustus 2018.