Ketika kami datang dengan beberapa pertanyaan seputar materialitas karya seni, Uji “Hahan” Handoko banyak mengaitkan hal kebendaan karyanya dengan mekanisme pasar seni rupa. Beririsan dengan itu, Irene Agrivina berangkat dari fungsi terapan karya seni yang pada tahap tertentu bersinggungan dengan brand-brand massal. Di sisi lain, seniman rajut Mulyana lebih menempatkan materialitas karyanya dalam konteks permenungan eksistensi diri. Berbeda lagi dari sudut pandang kurator. Menurut Arham Rahman, aspek artikulasi dan respon dari objek itu sendiri adalah hal yang tidak boleh dilupakan.
Selain obrolan bersama empat orang di atas, kami juga memuat sebuah tulisan ulasan pameran tentang Marie Antoinette dari Jafar Suryomenggolo ketika berkunjung ke Paris. Jafar adalah penulis, peneliti, dan asisten profesor di National Graduate Institute for Policy Studies (GRIPS), Tokyo, yang sering menulis seputar isu perburuhan. Tulisannya dapat kita tempatkan sebagai satu contoh bagaimana publik memahami karya seni di sebuah pameran.