oleh Sukma Smitha dan Y. P. Jati
Gurita, koral, dan pernak-pernik kehidupan bawah laut lainnya menjadi visualitas yang erat dengan kekaryaan Mulyana. Seniman kelahiran Bandung, 1984 ini menggunakan benang dan kain sebagai medium untuk menciptakan karya-karya tersebut. Bukan tanpa alasan, kekaryaannya didasarkan atas refleksi perihal identitas dan peran entitas transendental secara personal yang telah menuntunnya kepada skena seni rupa kontemporer. Mulai dari masa kecil, hidup di Pondok Pesantren Gontor, menjadi mahasiswa di Pendidikan Seni Rupa UPI, Bandung, hingga sekarang yang sudah melanglang buana ke banyak tempat untuk pameran. Ia lebih memilih bawah laut dari pada daratan. Dalam konteks materialitas seni rupa kontemporer, Mulyana tidak begitu peduli karyanya dilabeli dengan kategori apa. Yang jelas, ia cukup yakin mengatakan bahwa itu semua hanyalah permainan.
Artikel ini merupakan rubrik Sorotan Dokumentasi dalam Buletin IVAA Dwi Bulanan edisi September-Oktober 2019.