Archivo de Indias, Sevilla, Spanyol
5 September 2019-31 Maret 2020
Archivo de Indias, Sevilla, Spanyol
5 September 2019-31 Maret 2020
oleh Jafar Suryomenggolo
Apa jadinya jika 20 pelukis ikut serta dalam pelayaran kapal laut mengelilingi dunia? Pertanyaan tersebut adalah tema pameran “Nuestra Isla de Las Especias“ (Pulau Rempah-Rempah Milik Kami) yang bertempat di gedung Archivo de Indias, di Kota Sevilla (baca: Seviya), Spanyol. Pameran ini berlangsung sejak 5 September 2019 hingga 31 Maret 2020 (tautan: https://www.omexpedition.ch/index.php/en/).
Gambar 1. Poster pameran di gedung Archivo de Indias
Pameran ini tergolong unik. Pasalnya, 20 pelukis tersebut benar-benar ikut serta dalam pelayaran kapal “Fleur de Passion“ (Bunga Hasrat) selama 4 tahun mengelilingi dunia. Pelayaran ini dimulai sejak 12 April 2015 hingga 4 September 2019, dengan dukungan Fondation Pacifique, suatu lembaga nirlaba yang bermarkas di Jenewa, Swiss.
Menariknya pula, pelayaran Fleur de Passion adalah perjalanan napak-tilas pelayaran Magellan-Elcano. Pelayaran Magellan-Elcano adalah pelayaran perdana mengelilingi dunia, yang terjadi 500 tahun silam (1519-1522), dalam mencari rute menuju Pulau Rempah-Rempah (yakni, Maluku). Dimulai dari kota Sevilla, Magellan-Elcano berlayar melintasi Samudra Atlantik hingga ke Amerika Selatan, lalu melintasi Samudra Pasifik hingga akhirnya tiba di Cebu (Filipina), untuk kemudian lanjut ke Maluku, dan menyeberangi Samudra Hindia dalam perjalanan kembali ke Sevilla. Fleur de Passion mengikuti rute yang sama, dengan beberapa penyesuaian dengan kondisi abad ke-21. Misalnya: mampir di Kaledonia Baru, mampir di Brisbane dan Cairns (Australia), tiba di Maluku untuk menuju ke Cebu, dan mampir di Singapura. Pelayaran Fleur de Passion juga mengemban misi ilmiah dalam memantau zat gas rumah kaca di permukaan laut.
Pelayaran Fleur de Passion melintasi Indonesia selama Oktober-November 2017 (di Sorong, Maluku dan Menado), dan Maret-April 2018 (melalui kepulauan Riau menuju Jakarta). Fleur de Passion tiba di bandar Jakarta pada 2 April 2018, berlabuh selama 10 hari, dan melanjutkan perjalanan pada 12 April menuju Madagaskar lewat Samudra Hindia.
Gambar 2. Peta pelayaran Fleur de Passion
Dua puluh pelukis ini terdiri dari 10 perempuan dan 10 laki-laki. Mereka adalah seniman grafis, penggambar komik, dan ilustrator. Mereka ikut serta dalam pelayaran seperti layaknya para pelukis yang ikut serta dalam pelayaran masa lalu. Di dalam pelayaran kapal-kapal di masa lalu, selalu ada pelukis (minimal satu orang) yang ikut serta untuk merekam perjalanan kapal dan tempat-tempat singgah, juga menggambar alam, tumbuhan, hewan dan penduduk setempat. Misalnya, Conrad Martens (1801-1878) yang ikut serta dalam pelayaran HMS Beagle, kapal yang membawa Charles Darwin ke Galapagos.
Berbeda dari para pelukis-kapal masa lalu, kedua puluh pelukis ini bebas merekam dan menggambar apapun selama pelayaran kapal Fleur de Passion. Sebagai pelukis, mereka dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan sendiri, dan menuangkannya dalam bentuk seni rupa/ visual apapun. Ikut serta dalam pelayaran kapal ini menjadi sumber inspirasi bagi mereka.
Gambar 3. Panel karya Mirjana Farkas
Secara khusus, setidaknya ada 4 pelukis yang menggambar berdasarkan pelayaran kapal selama melintasi Indonesia. Mereka adalah Cécile Koepfli (kelahiran 1976), Mirjana Farkas (kelahiran 1970), Alex Baladi (kelahiran 1969), dan Aloys Lolo alias Yves Robellaz (kelahiran 1953). Beberapa dari karya-karya mereka dapat dinikmati di situs resmi (tautan: https://www.omexpedition.ch/index.php/en/programmes/cultural/illustrators).
Kiranya akan sangat berguna bila pameran ini bisa diselenggarakan juga di tanah air kita, baik di Jakarta, Maluku, Sorong atau kota-kota lainnya. Kami mendorong kedutaan besar Swiss di Jakarta untuk bekerja sama dengan Fondation Pacifique agar menyelenggarakan pameran ini di tanah air kita. Pameran ini bisa menjadi pemantik bagi para pelukis/ seniman visual kita untuk mengembangkan karya-karya mereka. Ini juga bisa membuka pintu kolaborasi seni rupa/ visual bagi seniman kita.
Artikel ini merupakan rubrik Sorotan Dokumentasi dalam Buletin IVAA Dwi Bulanan edisi Maret-April 2020.