RumahIVAA
10 Juni 2023
RumahIVAA
10 Juni 2023
Oleh : Dyah Ruwiyati dan Moelyono
Mengulas kembali pertemuan Keluarga Para Rupa Yogyakarta (KPRY) pada tanggal 10 Juni 2023. Bertempat di ruang IVAA, Pertemuan yang awalnya diwacanakan untuk berlangsung secara santai berubah menjadi percakapan yang serius dan sedikit mengharu biru.
Perbincangan mengenai stigma dan proses pendampingan anak-anak dengan kebutuhan khusus berjalan karena adanya kekuatan dan dukungan dari keluarga. Bagaimana keluarga harus berjuang mendobrak stigma negatif bahwa anak-anak berkebutuhan khusus tidak berbakat, tidak memiliki potensi, tidak bisa menghasilkan apapun. Di sinilah keluarga harus membuktikan dan tetap mendukung mereka yang sebagian besar moody dan merasa nyaman jika didampingi oleh orangtua untuk menciptakan sebuah karya.
Menurut Pak Moelyono, seniman sekaligus fasilitator pendamping Pararupa, ia menyarankan kita jangan menekankan pada anak untuk menghasilkan produk, tapi mengajak anak untuk berkreasi demi memenuhi hak dasar. Untuk terus mengembangkan imajinasi mereka dengan tidak membenturkan pemikiran mereka yang kuat secara afeksi dengan pola kognisi orangtuanya, tetapi perlahan dengan menyeimbangkan keduanya.
Menurut Riksa dan Dwe (Dwi Rahmanto) yang bekerja di IVAA, kita harus bisa merebut ruang-ruang (publik) untuk anak-anak menunjukkan karyanya yang merupakan suatu proses bersama keluarga, sehingga dapat sampai di titik di mana masyarakat merindukan hasil dari proses tersebut.
Semoga KPRY bisa tetap mengaplikasikan kekuatan keluarga dalam membersamaan anak-anak istimewa mereka menuju pribadi mandiri, serta mendapat dukungan dari orang-orang baik dan hebat yang menyayangi mereka dengan ketulusikhlasan.
KPRY berterima kasih kepada IVAA atas semangat kekeluargaan mempersilakan dan mendayagunakan ruang ditambah jejeran jajanan dan minuman. Tak lupa mas Santoso, sang Kepala Perpustakaan yang dengan ciamik memasak makan siang sebagai asupan energi baik.
Aura ruang perpustakaan juga membuat kami menjadi terbuai aura serius untuk membahas agenda kegiatan bulan Juli 2023. Kami pulang dengan membawa catatan proses, progress, tantangan, kegigihan, ketahanan, kesabaran dalam menghadapi keseharian dalam pengasuhan anak-anak tersayang yang mendekonstruksi “pemahaman” kami selama ini tentang apa itu seni rupa.
Keluarga Para Rupa Yogyakarta (KPRY) adalah Muhammad Irsyad Hadyan, Syifa Maulida Basuki, Nadya Annisa Raharjo, Indhira Larasati, Mathea Lintang Joy Adwedaputri, dan Kireina Jud Aisyah, serta ayah dan ibunya menginisiasi Keluarga Para Rupa Yogyakarta pada tahun 2019. Mereka adalah individu dengan down syndrome, autisme ringan, dan tunagrahita ringan.
Para Rupa mengingatkan kita pada paralympic, sebuah ajang olahraga yang diikuti para penyandang disabilitas. Ia diartikulasikan sebagai “melampaui seni rupa”. Mereka memahami, menegosiasi, dan mengartikulasikan kesenian sebagai proses, bukan produk. Para Rupa memupuk rasa kebersamaan, kesetaraan, dan kepedulian untuk memproyeksikan jaminan hak-hak dasar anak.