oleh Afdhal Alhabsyi
Rumah tangga, mengatur, mengolah, merawat, dan kerja. Itulah lima kata kunci yang menjadi fokus dalam lokakarya Rekontekstualisasi Arsip Sejarah Merawat di Indonesia dengan judul “Paper Cut Healing” yang dibawakan oleh sejarawan Eunike Setiadarma dan ditemani fasilitator Irfanuddien Ghozali.
Lokakarya ini digerakkan di Rumah IVAA pada Jumat, 20 Februari 2023, dibuka dengan sambutan dari Direktur Rumah IVAA, Lisis Lusandiana dan dihadiri oleh lebih dari 30 peserta. Dalam lokakarya ini, pemateri dan peserta berdiskusi, berbagi pengalaman, dan berkarya seputar kegiatan merawat atau ‘careness’ baik itu dari arsip sejarah maupun pengalaman yang dipunyai.
Terbagi 2 sesi dengan sesi pertama berlangsung dari pukul 10.00 pagi hingga 12.00 siang. Dalam sesi ini, Irfanuddien Ghozali atau biasa disapa Kak Ghoz membacakan arsip-arsip, kemudian dikurasi lebih lanjut oleh Eunike Setiadarma atau Mba Nik, yang kemudian ditanggapi oleh peserta-peserta yang merupakan penggiat seni, jurnalis, dan mahasiswa.
Diskusi berjalan dengan penuh antusias. Kak Ghoz dan para peserta mendalami pembacaan dengan penuh rasa dan karsa. Mba Nik mengurasi arsip-arsip yang dikumpulnya dengan penuh detail dan backstory. Banyak sekali tanggapan dari peserta yang apabila dibahas secara mendalam semua, tidak akan cukup dengan waktu yang ada.
Setelah ishoma, workshop dilanjutkan dengan sesi kedua dari pukul 13.30 sampai 15.00. Sesi kedua ini dinamakan eksperimen rekontekstualisasi arsip. Arsip-arsip yang sudah dicetak dan dibagikan ke peserta akan dibuat karya seni. Peserta disuguhkan material-material berupa perkakas kerja, alat tulis, bumbu dapur, dan apapun yang tersedia di Rumah IVAA sebagai bahan yang bisa digunakan untuk peserta dalam berkreasi. Pemilihan material-material ini juga didasarkan atas pemaknaan “kerja” di dalam lingkup domestik; rumah menjadi salah satu representasinya. Kertas-kertas itu diinterpretasikan ulang oleh peserta, entah dari kalimatnya, menimpa kata-katanya, di-blender, ditaburi kopi, tinta, air minum, ataupun dibuat bentuk tertentu. Semua bebas mengikuti imajinasi peserta. Karya-karya peserta dipampang dan dipamerkan untuk umum di ruang baca Rumah IVAA lantai satu.
Kegiatan ini adalah juga bagian dari riset doktoral Mba Nik. Maka, selain katanya akan masuk ke dalam acknowledgement, lokakarya ini begitu penting untuk membantu dirinya mengeksplorasi perihal domestik dalam kaitannya dengan kerja merawat. Mba Nik beranggapan bahwa merawat itu tidak selalu berujung pada kenyamanan, karena selalu ada gesekan. “Care is not cure. Kita tidak bisa selalu berasumsi ketika sudah merawat sesuatu maka ia akan menjadi baik, karena seperti itulah hidup. Nanti kalau penelitiannya sudah jadi dan teman-teman kembali ke kegiatan teman-teman di aktivisme, personal, pertemanan, jangan lupa untuk tetap saling menjaga. Semoga kita bisa ngobrol lagi dan melihat hasilnya, yang mungkin saja berbeda. Terima kasih sekali, selamat merawat kehidupan teman-teman” gumamnya.