Oleh: Dwi Rachmanto
Acara Tribute to Tino Sidin ini mengambil judul “92 Tahun Menginspirasi Indonesia”. Tino Sidin adalah nama yang lekat di era 80-an dengan ungkapan “Ya, bagus”. Sebuah pelajaran penting bagaimana kita menghargai sebuah coretan/gambar, yang apapun Tino Sidin akan bilang itu bagus. Tino Sidin sangat akrab dengan pelajaran menggambar khususnya untuk anak TK sampai SD. Caranya menggambar tidak bisa dipungkiri, telah menginspirasi dan mendorong anak-anak di masanya untuk berani, dan tidak merasa bersalah kalau gambarnya dirasa kurang proporsional.
Tino Sidin lahir di Tebing Tinggi, Sumatera Utara, pada 25 November 1925. Dia adalah seorang pelukis sekaligus guru gambar yang populer melalui program di TVRI. Tino Sidin menemukan metode pelajaran seni menggambar kepada anak-anak dengan santai, menyenangkan, dan mudah. Metode ini membuat anak-anak tertarik untuk selalu menyaksikan program televisinya. Tino Sidin meninggal pada 25 Desember 1995 pada usia 70 tahun.
Pasca kepergianya, keluarga menginisiasi museum, yang terletak di Jalan Tino Sidin 297, Kadipiro, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Provinsi Yogyakarta. 4 Oktober 2014 menjadi tanggal dibukanya museum bernama “Museum Tino Sidin”. Peresemian dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang kala itu dijabat Muhammad Nuh. Museum ini dibangun tanpa merubah desain asli dari rumah tinggal Tino Sidin, hanya menambah beberapa ruangan yang dijadikan sebagai sanggar dan perpustakaan. Desain arsitekturalnya dikerjakan oleh Yoshi Fajar.
Museum Tino Sidin menyimpan memorabilia Tino Sidin mulai dari kacamata, cat, kuas, dan tak ketinggalan koleksi baretnya yang khas. Museum ini juga menampilkan karya lukis, sketsa, buku, termasuk arisp-arsip pribadi. Juga menampilkan koleksi foto-foto, kliping media massa, surat-surat pribadi, selebaran peristiwa, sertifikat maupun penghargaan yang pernah diterimanya, lengkap dengan testimoni para sahabat dan murid beliau. Berbagai koleksinya masih tersimpan rapih, dan kemudian dipresentasikan dengan baik. Kesadaran akan arsip sangat diperhatikan di museum ini.
Kemudian di penghujung 2017, tepatnya pada 14 Desember diadakan acara bertajuk “Tribute to Tino Sidin, 92 Tahun Menginspirasi Indonesia”. Salah satu dari rangkaian acara ini adalah Peresmian Patung Tino Sidin dan Pembukaan Pameran, yang dihadiri oleh beberapa pejabat negara, antara lain Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Umar Priyono, M.pd., Mantan Kapolda DIY, Purn. Irjen Haka Atana, BBPH H. Gusti Prabu Kusumo, Dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Mikke Susanto, seniman-seniman dan Ikatan Istri Senirupawan Yogyakarta (Ikaisyo), para panitia Parallel Event Biennale Jogja XIV, IVAA dan tamu undangan. Pembuatan patung Tino Sidin ini merupakan buah karya dari seniman bernama Yusman.
Selain persemian dan pameran lukisan, diadakan pula serangkaian acara berkonsep sarasehan, diselenggarakan pada 23 Desember 2017 dan menghadirkan Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani. Berbagai acara dalam sarasehan tersebut adalah tour museum dan pameran, dialog dengan seniman-seniman terlibat, dan tak lupa menggambar bersama dengan anak-anak sambil mengikuti arahan bapak Tino Sidin seperti era 80an di TVRI.
Sudah barang tentu museum memang memberi satu pelajaran, tentang bagaimana proses-proses kreatif dan berkesenian. Museum Tino Sidin dapat menjadi salah satu wujud dari museum pribadi seniman yang mampu mengeksperikan, mempresentasikan pengalaman dan pengetahuan dari proses tersebut. Tino Sidin dengan peninggalan semangat estetiknya telah mengajarkan, bahwa yang utama bukan melulu soal gedung besar nan megah, tetapi temuan isi dari museum tersebut.
Artikel ini merupakan bagian dari Rubrik Sorotan Dokumentasi dalam Buletin IVAA Dwi Bulanan edisi Januari-Februari 2018.