Taman Budaya Yogyakarta (TBY)
9-13 Mei 2018
Taman Budaya Yogyakarta (TBY)
9-13 Mei 2018
Oleh Elis dan Rossella (Kawan Magang IVAA)
Pameran Besar Seni Kriya Undagi #2 digelar pada 9-13 Mei 2018 di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Pameran ini diikuti oleh 40 peserta hasil seleksi terbuka dan 46 peserta undangan, dengan menampilkan 110 karya yang tersaji dalam karya yang sifatnya utuh dan instalasi. Pameran Besar Seni Kriya Undagi #2 merupakan program dari Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik lndonesia. Pameran bertema “Seni Kriya lnspirasi Budaya Bangsa” ini merupakan lanjutan dari kegiatan pameran Undagi #1 yang digelar dua tahun lalu. Yogyakarta dipilih sebagai tuan rumah pameran Undagi #2 karena sebagai wilayah dengan memiliki tradisi pengembangan ilmu seni kriya yang didukung keberadaan lembaga pendidikan tinggi seni kriya tertua di lndonesia, yakni Jurusan Kriya Institut Seni lndonesia (lSI) Yogyakarta, 5 Sekolah Menengah lndustri Kerajinan (SMIK), Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR), dan komunitas-komunitas seni kriya, mulai dari Keramik Kasongan, Batik lmogiri, Perak Kota Gedhe, Batik Pandak Bantul, Keris Banyusumurup, dan lainnya.
Pembukaan pameran ini diramaikan dengan berbagai macam aksi, mulai dari tari-tarian hingga peragaan busana, yang menampilkan karya-karya bercorak etnik berbahan lurik, tile, spon ati dan bahkan tikar mendong. Desainer-desainer yang meramaikan acara ini antara lain Phillip Iswardono, Isyanto, Novi Bamboo.Dalam katalognya, dituliskan bahwa pameran ini ingin merefleksikan kekayaan alam dan budaya lndonesia yang beragam, yang selama ini menjadi sumber inspirasi dalam penciptaan karya seni kriya. Seni-budaya peninggalan nenek moyang adalah hasil kesenian tradisi yang memiliki nilai keindahan dan filosofis. Pameran ini menekankan resepsi atas karya-karya masa lalu yang dielaborasi oleh para kriyawan, sehingga memiliki nilai artistik dan nilai guna yang tinggi.
Sedangkan istilah ‘undagi’ biasanya dipakai untuk menyebut profesi yang selama ini kita kenal sebagai arsitek. Menurut tradisi, sebelum menekuni profesi undagi, seseorang harus melalui proses pembersihan diri lahir-batin. Syarat ini wajib dijalani seorang undagi, agar dalam proses perancangan dan penciptaannya selaras dengan alam, tradisi dan religi. Ia harus paham filosofi yang mendasari konsep desain dan fungsi dari setiap bagian produk seni kriya yang mengekspresikan dimensi estetis dan etis.
Artikel ini merupakan rubrik Sorotan Dokumentasi dalam Buletin IVAA Dwi Bulanan edisi Mei-Juni 2018.