“Untuk Seorang Lelaki yang Demikian Mencintai Hujan”
Dalam rangka turut mengenang 100 hari mendiang Gunawan Maryanto, IVAA menggelar mini museum dan diskusi dengan tajuk “Tidak Takut Puisi”. Mini museum yang berlangsung pada 17 Januari hingga 25 Februari 2022 di Rumah IVAA, menghadirkan kembali Gunawan Maryanto dari beberapa arsip poster dan video koleksi IVAA. Selain itu, di mini museum ini rekan-rekan IVAA juga ikut mengisi momen spesial tersebut. Masing-masing dari kami berupaya untuk menyuguhkan apresiasi, entah membicarakan buku yang telah dibaca atau pembacaan puisi. Mini museum “Tidak Takut Puisi” dikuratori oleh Santosa Werdoyo serta dikelola secara artistik oleh Dwi Rachmanto. Juga mengundang seniman Ismu Ismoyo yang membuat beberapa karya merespon karya maupun sosok Gunawan Maryanto. Ismoyo menggambar mural di tembok depan Rumah IVAA dan tiga lukisan di kanvas berjudul Muni, Mabur, dan Moksa.
Selain mini museum, digelar juga dua diskusi pada 18 Januari 2022, dari jam 2 siang hingga maghrib. Pertama, dengan tajuk “Industri Seni, Sepi dan Puisi” bersama Shinta Maharani, Ismu Ismoyo dan Ruang Melamun. Ismu bercerita soal karyanya yang merespon sosok Gunawan Maryanto. Bagas (Ruang Melamun) juga bercerita soal bagaimana sosok Gunawan Maryanto yang begitu akrab dalam obrolan di toko buku lawas mereka. Bahwa sepeninggal Gunawan Maryanto banyak orang mencari buku-buku lawas yang memuat karyanya.
Sementara, Shinta Maharani lebih membicarakan bagaimana kedekatan Gunawan Maryanto dalam problem sosial. Berangkat dari situ, Shinta mengajak peserta diskusi untuk mengeksplorasi kemungkinan seni dalam merespon problem sosial. Video “Petani Pesisir Kulon Progo dalam Bayang-Bayang Tambang” dan “Tanah Desa di DIY untuk Siapa?” ditonton bersama sebagai beberapa problem Jogja akhir-akhir ini.
Diskusi kedua adalah diskusi buku “Nisan Hanyakrakusuman”. Selain M. Yaser Arafat (penulis buku itu) dan Ikun SK sebagai penanggap sekaligus moderator, hadir juga beberapa orang yang suka blusukan ke makam. Salah satunya adalah kelompok Indonesian Grave Society. Tidak hanya membicarakan benda mati dan cerita-cerita mistis, diskusi ini justru memberi kejutan bahwa eksplorasi makam adalah praktik mendalami pengetahuan di luar tradisi barat. Aspek visualitas, kosmologi, sejarah, hingga pengalaman spiritual merupakan kesatuan yang tidak main-main ketika kita mengulik kuburan dengan seksama.