Arsipelago: Kerja Arsip & Pengarsipan Seni Budaya di Indonesia

Arsipelago: Kerja Arsip & Pengarsipan Seni Budaya di Indonesia” adalah sebuah buku berisi kumpulan tulisan yang diniatkan untuk menggarisbawahi pentingnya arsip serta respon atas konteks saat itu ketika negara tidak begitu serius memperhatikan seni-budaya. Bahwa arsip ternyata diposisikan dan digerakkan dalam dua nalar yang tidak bisa mempertahankan nafas panjang tradisi budaya warga: politik klaim dan politik akses. Aspek produk dalam kerangka ekonomi-politik menjadi orientasi kemudian dalam pengarsipan seni-budaya. Atas situasi itulah, buku yang berisi kumpulan tulisan dalam tiga kamar kerja ini hadir sebagai upaya demokratisasi atas praktik pengarsipan seni-budaya. Selain elaborasi gagasan, kearsipan dalam ranah praktik individu maupun komunitas juga dielaborasi.

Kamar kerja pertama dengan tajuk Kerangka Keindonesiaan berisi beberapa tulisan, yakni “Keindonesiaan: Praktik kliping dan Daya Budi Kultural” oleh Muhidin M. Dahlan, “Mengingat Tubuh: Tubuh Tari sebagai Arsip” oleh Helly Minarti, ”Arsiptektur Musik Seni Indonesia Masa Kini (Ideologi dan Kritik)” oleh Erie Setiawan, ”Pak Misbach: Sang Arsip” oleh Hafiz Rancajale. Kemudian untuk kamar kerja kedua, Menghidupkan Ingatan (Kolektif), ada tiga tulisan juga. “Menghidupkan Arsip, Menciptakan Wacana: Pentingnya Arsip untuk Gerakan Sosial” oleh Anna Mariana, ”Poster Aksi Tolak Reklamasi di Teluk Benoa, dan Merebut Masa Depan Bali” oleh Gde Putra, serta “Pengarsipan dan Sejarah (Personal): Medayu Agung dan Oei Hiem Hwie” oleh Kathleen Azali.

Sementara tiga tulisan setelahnya, yakni “Arsip Bergerak: Mengarsipkan Seni Tradisi, Mengolah Interaksi’ oleh Joned Suryatmoko”, ”Membuka Katalog, Mengungkapkan Ideologi” oleh Galatia Puspa Sani, dan “Membaca Kota: Reportase Singkat Kerja Arsip dan Pengarsipan Seni dan Budaya” oleh Tim IVAA mengisi kamar kerja ketiga yang bertajuk Praktik Pembacaan. Buku ini kemudian ditutup oleh Rachmi Diyah Larasati dengan tulisannya berjudul “Meneorikan Arsip Karya Tubuh, Dekolonisasi Berpikir, Taktik, dan Pemberdayaan Ingatan”.

Selain dari buku ini, perbincangan seputar pengarsipan seni di Indonesia juga dapat disimak melalui dokumentasi seminar bertajuk “Annotation: Menerawang Ingatan, Gagasan, dan Kerja-Kerja Pengarsipan, Seni dan Kebudayaan di Indonesia Kontemporer”.