AAA Hong Kong
23-25 Mei 2019
AAA Hong Kong
23-25 Mei 2019
Oleh Lisistrata Lusandiana
Pada tanggal 23 hingga 25 Mei 2019, IVAA diundang untuk menjadi salah satu narasumber dalam simposium dan workshop bertajuk Creating Institutional Memory, yang diselenggarakan oleh Asia Art Archive (AAA) bekerja sama dengan M+. Dilaksanakan di AAA Hong Kong, simposium dan workshop ini dihadiri oleh undangan dan partisipan yang telah mendaftar. Sebagian besar partisipan merupakan bagian dari jaringan kerja AAA dan M+, seperti AAA India, Singapore Art Museum, Bamboo Curtain Studio Taiwan, dan beberapa lembaga seni kontemporer lainnya, yang juga melakukan kerja dokumentasi serta penyimpanan dan kelola aksesnya.
Tiga hari acara ini diisi dengan berbagai acara, mulai dari presentasi narasumber, diikuti dengan tanya jawab, kemudian dilanjutkan dengan workshop dan kerja kelompok. Dibuka dengan presentasi yang dilakukan oleh Nancy Enneking dari The Getty, disambung dengan beberapa agenda acara yang pada dasarnya ditujukan bagi para arsiparis untuk membagi landasan metode dan metodologi pengelolaan penyimpanan serta pengelolaan akses dari koleksi yang dimiliki oleh tiap lembaga yang hadir pada saat itu.
Acara ini juga diinisiasi atas dasar kebutuhan lembaga penyelenggara untuk melakukan refleksi atas penyelenggaraan program Ha Bik Chuen Archive Project yang dilakukan oleh AAA, serta kebutuhan M+ untuk membangun model pengarsipan institutional yang sedang mereka kerjakan. Di sela-sela itu terdapat berbagai lembaga dokumentasi, pengarsipan serta museum, baik yang dikelola oleh swasta, pemerintah, dengan berbagai skala. Ada yang menempatkan kerja pengarsipan sebagai program utamanya, ada juga beberapa lembaga dan komunitas yang menempatkan kerja pengarsipannya sebagai kerja pendukung, baik mendukung komunitas secara administratif, ataupun secara intelektual dengan menjadi penyedia data dan informasi yang bisa diolah kapan saja untuk kepentingan penelitian.
Meski berangkat dari tema yang cukup spesifik, yakni seputar memori institusional, diskusi dan pembicaraan yang muncul dari forum ini menjadi sangat general dan luas, mengingat beragamnya lembaga dengan tantangan serta persoalannya sendiri, serta memiliki beragam cara dalam mengelola memori institusi. Salah satu hal yang juga tidak bisa ditinggalkan dalam pembicaraan seputar memori institusional ialah soal kondisi ekonomi politik dari tiap lembaga yang ada. Bahwa tidak semua lembaga memiliki sumber dana yang selalu aman dan bisa diandalkan. Tidak semua lembaga memiliki perangkat dan daya dukung yang lengkap dalam menjalankan sistem pengarsipan seperti yang sudah dilakukan oleh lembaga yang lebih lama hadir dengan sistem yang konsisten serta sumber dana yang kuat. Selain itu juga terdapat berbagai konteks sosial politik yang juga tidak bisa diabaikan. Bahwa model pengarsipan yang dikelola hari ini sudahkah berdasar pada logika akses yang selama ini dibutuhkan oleh publik dalam memproduksi pengetahuannya sehari-hari? Apakah praktik ini juga bisa mengakomodasi beragamnya model pengarsipan seni budaya yang hidup di masyarakat kita? Berbagai pertanyaan itulah yang menjadi pijakan awal dari paparan yang saya bagikan di forum tersebut.
Selain itu, berbagai narasumber juga membagikan dinamika kerja pengarsipan serta tantangan hingga kemajuannya. Alan Chan, dari AAA, membagikan pengalamannya selama terlibat dalam Ha Bik Chuen Archive Project yang dilakukan oleh AAA. Angharad McCarrick dari M+ juga memaparkan landasan filosofis dari pekerjaannya sebagai arsiparis institusional. Sementara, Michelle Harvey menuturkan sejarah MoMa dari awal mulanya yang masih sangat kecil dan sederhana hingga saat ini. Selain itu juga ada Sezin Romi dari SALT yang membagikan model pengarsipannya yang dibangun dari nol dan berbasis eksperimen.
Bagi lembaga pengarsipan seperti IVAA yang memulai segala sesuatunya dari hal-hal yang berserak, dengan sistem penyimpanan yang dibangun sambil jalan, sambil dikembangkan dan diperbaiki, di saat yang bersamaan juga memikirkan cara terbaik untuk tetap bertahan dan hadir untuk publik. Forum berbagi ini akan lebih produktif jika tidak meninggalkan pembicaraan seputar konteks. Di atas konteks apa kerja pengarsipan hadir, bagaimana kondisi sosial ekonomi hadir sebagai pendukung sekaligus tantangan dari kerja pengarsipan. Dan yang tak kalah penting dari semua pembicaraan itu ialah bahwa kerja pengarsipan, penyediaan data informasi dan mendukung penelitian tidak bisa dipisahkan dari spirit dasarnya, yakni kerja produksi pengetahuan, yang juga tidak bisa dilepaskan dari kekuasaan yang beroperasi.
Artikel ini merupakan rubrik Agenda RumahIVAA dalam Buletin IVAA Dwi Bulanan edisi Mei-Juni 2019.