Rumah IVAA
24 April 2019
Rumah IVAA
24 April 2019
Oleh Ahmad Muzakki (Kawan Magang IVAA)
Bertukar informasi dalam dunia seni sangat dibutuhkan. Tidak hanya antar seniman, pertukaran informasi juga penting dilakukan dengan aktor-aktor dari bidang yang lain. Praktik semacam ini akan mendorong perkembangan kesenian dan bidang lain yang bersentuhan dengannya.
Pada Rabu, 24 April 2019 lalu IVAA mendapat kesempatan untuk berdialog bersama para pegiat seni dari Guangzhou. Rumah IVAA menjadi salah satu tujuan tour mereka di Yogyakarta dalam program Traveller. Traveller merupakan sebuah program yang diprakarsai oleh seniman Li Zhiyong, Ce Zhenhao dan Zhu Jianlin pada 2016. Program ini dimaksudkan untuk membangun atau mentransfer hubungan sementara antara ruang dan waktu, hanya dengan berkeliaran di kota-kota. Dengan menyelidiki apa arti kota hari ini, dan lebih jauh lagi, dengan membedakan pemahaman soal “place”, “on-site”, “native” dan “local”, program ini berusaha mengurai hubungan antara kota dengan praktik/ penciptaan, serta mendorong kemungkinan kolaborasi.
Pada 2016, didukung oleh “Banyan Commune” dari Times Museum dan HB Station, “Banyan Travel Agency” pertama diluncurkan oleh Traveller. Proyek pertama Traveler ini berhasil diselenggarakan dengan tujuan ke Shunde, Tokyo, Shanghai, Shenyang, Wuhan, Hong Kong, Guangzhou, dll. Melalui “Banyan Travel Agency”, para inisiator mengundang seniman, kurator, dan peneliti yang berminat untuk mengulik isu seputar kota.
Mereka terhubung dengan para pegiat seni dan institusi setempat untuk berkolaborasi dalam suatu bentuk kerja. Harapan yang diusung melalui program ini adalah adanya situasi menembus batasan geografis dan stereotip, melepaskan diri dari inersia ruang/ praktik, untuk meningkatkan koneksi, pengembangan, dan wawasan tentang pengalaman praktis.
Dari Maret hingga Juli 2019, dengan dukungan dari HAF, Traveller meluncurkan perjalanan di kawasan Asia Tenggara. Asia Tenggara lebih mereka maknai sebagai konsep kultural dari pada sebentuk wilayah geografis saja, yang memiliki kesamaan dengan Guangzhou. Beberapa wilayah yang dikunjungi adalah Bangkok (Thailand), Hanoi (Vietnam), Jakarta dan Yogyakarta (Indonesia). IVAA menjadi salah satu tempat yang mereka kunjungi untuk wilayah Yogyakarta.
Saat singgah di Rumah IVAA para pegiat seni dari Guangzhou ini dikenalkan dengan banyak hal mengenai IVAA. Lisistrata Lusandiana, selaku direktur IVAA, memulainya dengan mengajak mereka berkeliling di setiap sudut ruang IVAA. Banyak dari mereka yang mengamati detil ruangan beserta barang-barang yang ada, seperti buku, bentuk arsitektur, hingga papan time table. Setelah berkeliling, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi bersama di amphitheater, mendiskusikan isu kota dan kaitannya dengan arsip serta praktik-praktik kesenian di sekitarnya.
Artikel ini merupakan rubrik Agenda Rumah IVAA dalam Buletin IVAA Dwi Bulanan edisi Maret-April 2019.