Oleh: Nabila Warda Safitri (Kawan Magang IVAA)
Pengarang: Koo Jin-Kyung, Yoon Jin Sup, Lee Phil, Chung Moojeong
Penerbit: Korean Art Management Service
Tahun: 2017
Deskripsi Fisik: 303 Hlm
No. Panggil: 701 Ufa D
Dansaekhwa lahir dari tradisi masa lalu dan menjadi kecenderungan gaya baru dalam periode waktu yang signifikan dalam sejarah sosio-politik Korea. Secara permukaan, karakteristiknya mengarah pada asimilasi dan persaingan modernisme Barat, dan ‘pembebasan’ dari tradisi yang ketat dari warisan seni Korea. Lantas Apa itu yang disebut-sebut sebagai Dansaekhwa? secara harfiah berarti ‘lukisan monokrom’ dalam bahasa Korea, dan mengacu pada gaya lukisan yang muncul selama paruh kedua tahun 1970-an di Korea Selatan. Dansaekhwa tumbuh menjadi wajah internasional seni kontemporer Korea, dan menjadi landasan seni kontemporer Asia. Hal ini terjadi karena banyak dipromosikan. KAMS (Korean Art Management Service) salah satunya, mempromosikan seni kontemporer Korea. Publikasi pertama adalah Resonance of Dansaekhwa, menyajikan berbagai sudut pandang dari genre Dansaekhwa. Kemudian sumber kedua hadirlah buku Dansaekhwa 1960s-2010s : Primary Documents on Korea Abstract Painting untuk memperluas pemahaman internasional dari Dansaekhwa, atau yang dikenal sebagai seni lukis monochrome yang mewakili corak dari seni abstrak di Korea. Juga dengan harapan agar menyebarluaskan estetika dan nilai sejarah Dansaekhwa dan memperluas pemahaman global tentang gaya seni di kawasan Korea. Dansaekhwa masih hidup dalam seni masa kini, dan masih digunakan meskipun telah berlangsung lebih dari 40 tahun.
Dalam menjabarkan tentang Dansaekhwa, buku ini terbagi dalam 4 periode. Mencangkup di dalamnya sebaran artikel-artikel dan teks. Periode pertama yang merupakan tahap pertumbuhan Dansaekhwa, yaitu awal tahun 1960an hingga pertengahan tahun 1970an. Dalam periode kedua, yang mencakup periode antara pertengahan tahun 1970an hingga pertengahan 1980an, ketika Dansaekhwa mulai berkembang. Tulisan-tulisan dari seniman– seniman penting seperti: Lee Ufan, Park Seo-Bo, Chung Sang-Hwa, Ha Chong Hyun, Yun Hyong keun, Kwon Young-Woo, Kim Guiline, Suh Seung Won, dan Choi Myoung Young pada periode kedua cenderung membahas estetika yang hidup pada masa itu. Catatan menarik adalah wacana pameran penting di Tokyo-Korea, yaitu Five Artist, Five Whites, sebuah pameran yang diselenggarakan di Tokyo Galeri tahun 1975, dan Korea : Facet of Contemporary Art yang diselenggarakan tahun 1977 di Tokyo Central Museum Art. Hal ini menarik karena memungkinkan kita untuk membandingkan pandangan kritikus seni Korea dan Jepang. Periode ketiga membahas fase kedewasaan Dansaekhwa, yaitu antara pertengahan tahun 1980-an dan 1999, pada periode ini mencakup tahap ketika seniman Dansaekhwa mengadakan sejumlah pameran besar , memajukan metodologi referensi mereka, dan menjelajahi beragam media. Periode ini lebih mengacu pada teks-teks dari kritik seni, karena mencakup pemeriksaan tajam terhadap estetika Dansaekhwa. Periode keempat membahas tentang tahun 2000-an, lebih mengeksplorasi meningkatnya minat dan keuntungan dari Dansaekhwa, baik dalam komunitas seni internasional maupun domestik. Di Korea, keinginan untuk memeriksa kembali Dansaekhwa telah menghasilkan banyak proyek penelitian akademis. Pada periode keempat ini juga termuat beberapa teks yang memberi kesaksian tentang internasionalisasi Dansaekhwa sejak awal tahun 2000an. Melalui buku ini kita dapat memahami sejarah Dansaekhwa dari tahap pertumbuhannya hingga go international. Buku ini bisa jadipenting dalam rujukan mempelajari perkembangan seni di Korea.
Artikel ini merupakan rubrik Sorotan Pustaka dalam Buletin IVAA Dwi Bulanan edisi Juli-Agustus 2018.