Majalah dan Terbitan Berkala
Sarasvati Seni Gaya Hidup edisi 24/ November 2015
Di edisi ini membahas tentang kegiatan seni dan tempat-tempat seni yang meski belum dan tidak mapan, namun visi dan misinya patut diacungi jempol.Di Jakarta, pada edisi ini juga mengulas empat ruang seni yang didirikan dengan semangat yang nekat untuk memberi ruang bagi seniman-seniman emerging yang masih sulit mendapatkan tempat. Selain itu, para pendiri empat ruang seni ini juga menetapkan tujuan edukasi seni kepada publik supaya masyarakat awam di sekitar kawasan tempat seni mereka, menjadi familiar dengan perkembangan seni terkini.Usaha semacam ini juga dilakukan Microgalleries di mana mereka mengadakan pameran di ruang-ruang publik seperti pasar dan tempat-tempat umum yang terbengkalai di sekitar Denpasar, Bali.Program-program yang menjangkau publik juga bisa dilihat pada penyelenggaraan Jatim Biennale ke-6 yang kami ulas di edisi ini. Secara khusus, tim kurator menampilkan kegiatan-kegiatan seni yang bisa dinikmati publik. Salah satunya bekerja sama dengan penggiat seni jalanan untuk menciptakan mural di sejumlah ruang publik. Pihak penyelenggara juga sengaja menampilkan keanekaragam perkembangan seni visual di Jawa Timur dan pencapaian yang terjadi di masa lalu hingga sekarang, supaya masyarakat setempat bisa mengenal kesenian daerahnya sendiri.
Octora, perupa perempuan muda dari Bandung yang karya-karyanya mengangkat tema kekerasan dan represi politik yang dialami di masa rezim politik Orde Baru. Tema ini ternyata juga bisa ditemukan di pameran tunggal S. Teddy D yang mengangkat kisah-kisah tentang peperangan dan juga pameran bersama di Galeri Tony Raka yang menampilkan karya para seniman Bali dalam merespon peristiwa-peristiwa kekerasan yang terjadi di pulau tersebut.
15-5177 | 705 S 24/2015 | Praktek Seni Interdisipliner (Majalah dan Terbitan Berkala) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain