Majalah dan Terbitan Berkala
Sarasvati Seni Gaya Hidup edisi 23/ Oktober 2015
Sangat menarik ketika mendengar kabar tentang diadakannya Makassar Biennale yang berlangsung pada 17-31 Oktober 2015 ini. Mengangkat tema "Trajectory", perhelatan perdana ini diharapkan bisa mengangkat warna baru seni rupa Indonesia untuk tak melulu terpusat pada daerah-daerah yang selama ini dinilai menjadi pusat. Diharapkan bienial ini bisa menampilkan praktik dan wacana seni di Sulawesi Selatan yang selama ini mungkin luput kita perhatikan. Tak hanya itu, kita bisa berharap acara dua tahunan di Makassar ini juga bisa mendorong daerah-daerah lain di nusantara untuk memiliki kepercayaan diri dan semangat unntuk menampilkan potensi seni visualnnya.
Selain tulisan tentang Makassar Biennale, edisi ini kami juga menampilkan pameran tunggal seniman senior kita, Jeihan Sukmantoro yang menandai 50 tahun "Mata Hitam" nya yang menjadi ciri khas karya-karyanya. Perayaan ini menarik karena selama ini kita lazim melihat pameran atau acara seni yang memperingati usia sang seniman, namun Jeihan memilih untuk merayakan spirit berkesiannya.
Selain Jeihan Sukmantoro, edisi ini kami juga mengangkat profil perupa senior kita lainnya, Srihardi Soedarsono, yang tengah mempersiapkan pameran retrospeksinya. Dari kisah hidup Srihardi, kita bisa melihat pula perjalanan sejarah seni rupa kita, terutama melihat ketokohan Srihardi yang telah melukis sejak masa peperangan Indonesia, menjadi murid Soedjojo, keterlibatannya di Seniman Indonesia Muda (SIM), hingga keputsannya kuliah di Bandung. Srihardi inilah yang menciptakan logo Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dipakai hingga sekarang.
Seniman-seniman muda yang kami tampilkan di edisi ini tak kalah menariknya. Proses riset yang dilakukan Eddy Susanto mengantarkan pameran tunggalnya di Galeri Nasional Indonesia layak dicatat. Begitu pula Made Wiguna Valasara yang menyalin karya-karya kanon dunia dengan teknik emboss - menjadikan kita berpikir akan batasan dua dimensi dan tiga dimensi. Kiprah perupa muda juga muncul di dua kompetisi seni rupa yang kami ulas di edisi ini; Gudang Garam Indonesia Art Award (GG-IAA) dan Bandung Contemporary Art Awards (BaCAA).
Selamat membaca,
Syenny Setiawan
15-4602 | 705 S 23/2015 | Praktek Seni Interdisipliner (Majalah dan Terbitan Berkala) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain