Majalah dan Terbitan Berkala
Sarasvati Seni Gaya Hidup Edisi 15 Februari 2015
Publik seni Indonesia pasti masih mengingat betapa besarnya animo masyarakat ketika pada Juni 2012, Goethe Institut Indonesia menyelenggarakan pameran “Raden Saleh dan Awal Lukisan Indonesia Modern” di Galeri Nasional Indonesia. Ketika itu pameran ini mencapai jumlah pengunjung hingga 20.000 orang dalam waktu dua minggu. Animo ini memperlihatkan bagaimana masyarakat kita sebenarnya memiliki perhatian mendalam terhadap karya-karya seni bersejarah.
Karenanya kita patut mendukung upaya Goethe Institut Indonesia untuk menggelar pameran “Aku Diponegoro: Sang Pangeran Dalam Ingatan Bangsa” yang diadakan di Galeri Nasional Indonesia dari 5 Februari hingga 8 Maret. Pameran ini bertolak dari lukisan “Penangkapan Pangeran Diponegoro” karya Raden Saleh yang telah berhasil direstorasi yang akan muncul di pameran ini bersama karya-karya maestro Indonesia seperti Soedjono Abdullah, Hendra Gunawan, Basuki Abdullah, Sudjojono, hingga Harijadi Sumodidjojo yang semuanya mengangkat sosok Pangeran Diponegoro.
Selain mengulas tentang pameran “Aku Diponegoro”, edisi Februari ini kami juga menampilkan pameran karya Bayu Wardhana dan sejumlah maestro Indonesia seperti Affandi dan Henk Ngantung di Galeria Fatahillah dalam tema “Bringing Back the Glory of the Past”.
Secara khusus kami mengangkat wawancara eksklusif kami dengan Adeline Ooi, direktur baru Art Basel Hong Kong dan Marc Spiegel, Direktur Art Basel. Dalam wawancara ini, pembaca akan disuguhi bagaimana strategi keduanya dalam menjalankan Art Basel Hong Kong tahun ini. Kami juga mengangkat profil arsitek serta kolektor Cosmas D. Gozali yang menarik untuk disimak tentang pendapatnya seputar relasi di dunia properti dan seni visual. Di bidang seni pertunjukan, kami juga mengangkat proses persiapan pementasan Papermoon Puppet Theatre di IFI Yogyakarta pada 26-27 Februari.
15-4413 | 705 S 15/2015 | Praktek Seni Interdisipliner (Majalah) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain