Rumah IVAA
6 Juli 2018
Rumah IVAA
6 Juli 2018
Oleh: Topan Bagus Permadi (Kawan Magang IVAA)
Jumat, 6 Juli 2018, penerangan perpustakaan IVAA bersumber pada lilin dan di balut dengan lampu berwarna kuning. Suasana remang-remang pun tercipta. Di mini amphitheater IVAA, Nina Alexia Brazzo menyihir para penonton dengan musikalisasi puisinya yang memiliki diksi religius, diiringi musik folk dengan perkusi yang terdengar khidmat. Suasana pun seolah kembali di bulan suci Ramadhan.
Pada hari itu Musrary genap memasuki edisi ke 12, artinya program ini telah berlangsung selama satu tahun. Musrary #12 ini juga merupakan rangkaian Nina ke enam dalam project Pelangi Tour Indonesia di delapan kota. Acara ini berlangsung pukul 20.00, dibuka dengan pertunjukan musik dari grup indie asal Yogyakarta Swara-Swara. Dengan alunan musik bergenre akustik, dikolaborasikan dengan beberapa alat musik klasik dan tradisional, Swara-Swara berhasil menciptakan nada yang terkesan syahdu dan menyihir penonton untuk terpaku dalam menikmati alunan musiknya instrumentalnya.
Waktupun berlanjut, Nina Alexia Brazzo memulai penampilannya dengan menggelar sajadah yang dihiasi 5 lilin menyala di hadapannya. Nina tampak sedang berdzikir dengan membawa tasbih di tangan kanannya. Diiringi backsound ‘Ya Hakimhu, Ya Qadrhu, Ya Rahman, Ya Raheem‘ diputar berulang-ulang, bunyi ini seolah menjadi ritme atau alunan musik yang mengiringinya dalam membacakan puisi berjudul ‘One and Only (True Love)’ dan ‘The tree of Good Nature’.
Nina seperti sedang ingin berinteraksi dengan Tuhan melalui dzikir dan puisi. Nina membawakannya dengan puitis sehingga penonton terpaku dan hanyut dalam suasana yang hening. Adapun beberapa judul puisi yang dibawakan Nina saat itu adalah, ‘One and Only (True Love)’, ‘The Tree Of Good Nature’, ‘Kunci Hatiku’, ‘Own Love (Allah)’, ‘Another Workin’day’, ‘Surat untuk Shayk saya’, ‘Her Tears’, ‘Didn’t know I could love again’, ‘To My Mother Nusaybah’, dan yang terakhir ‘The Kiss’.
Acara yang berlangsung selama satu jam itu ditutup dengan tarian lilin Nina yang diiringi puisi ‘The Kiss’. Suasana saat itu tiba-tiba menjadi tegang ketika Anissa Razali memasuki amphitheater IVAA dengan tarian tongkat apinya. Terjadilah sebuah kolaborasi yang begitu elok di mata penonton. Ruangan gelap yang dikombinasikan dengan tarian api tersebut memecahkan tepuk tangan penonton.
Selepas pertunjukan itu, Dwi Rahmanto membuka sesi Tanya jawab dengan penonton. Nina menjelaskan bahwa pertunjukannya ini adalah tentang penyerahan diri dan mengingat Allah. Sebagian puisinya dedikasikan untuk Tuhan Yang Maha Kuasa dan seorang lelaki yang mengubah cara pandangnya dalam hidup dan membuatnya jatuh cinta, hingga akhirnya Nina menjadi mualaf.
Artikel ini merupakan rubrik Rubrik Agenda Rumah IVAA dalam Buletin IVAA Dwi Bulanan edisi Juli-Agustus 2018.